MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Pemimpin de facto Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi akhirnya tampil di hadapan publik setelah lebih dari tiga bulan berada dalam masa penahanan.
Aung San Suu Kyi yang merupakan peraih Nobel Perdamaian itu tampil secara langsung di pengadilan untuk yang pertama kalinya sejak junta militer Myanmar mengambil alih kekuasaan pada awal Februari.
Seperti yang dikatakan pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing, Suu Kyi terlihat dalam keadaan sehat dan bugar saat mengadakan pertemuan dengan tim kuasa hukumnya yang berlangsung selama 30 menit sebelum sidang, kata sang pengacara, Thae Maung Maung.
Suu Kyi yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991 atas upayanya membangun demokrasi, termasuk di antara lebih dari 4 ribu orang yang ditahan sejak kudeta. Perempuan berusia 75 tahun itu menghadapi dakwaan karena memiliki radio walkie-talkie secara ilegal hingga melanggar undang-undang rahasia negara.
Pada kesempatan tersebut, Aung San Suu Kyi juga turut mendoakan orang-orang agar senantiasa sehat dan membahas terkait partainya, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dilaporkan akan segera dibubarkan.
“Dia mengatakan partai itu didirikan untuk rakyat sehingga partai itu akan ada selama rakyat ada,” kata Thae Maung Maung kepada Reuters, Senin, 24 Mei 2021.
Komisi pemilihan Myanmar yang ditunjuk junta militer akan membubarkan partai NLD karena terlibat penipuan suara pada pemilihan November 2020, media melaporkan pada Jumat (21/5), mengutip seorang komisaris. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh mantan komisi pemilihan.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak junta militer mengambil alih kekuasaan, dengan protes harian, pawai, dan pemogokan nasional. Sementara aparat keamanan merespons berbagai aksi protes dan tindakan pembangkangan sipil dengan kekuatan mematikan.
Berdasarkan laporan Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), aparat keamanan Myanmar telah menewaskan lebih dari 800 warga sipil dan menangkap ribuan orang lainnya, termasuk influencer, selebriti, aktivis, hingga jurnalis.
Sementara Min Aung Hlaing dalam wawancara (20/5) mengatakan bahwa jumlah korban sebenarnya hanya berkisar di angka 300. Sementara di pihak aparat keamanan Myanmar berjumlah 47 orang.
Oleh : Rivka Mayangsari*)
Perekonomian global dan domestik yang terus menghadapi ketidakpastian menuntut kebijakan yang cerdas dan tepat sasaran untuk menjaga daya...