MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan masih akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa, 4 Februari 2020. Kemarin, rupiah ditutup pada posisi Rp 13.743 per dolar AS atau melemah 0,64 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi laju mata uang garuda akan berkisar dari Rp 13.675 hingga Rp 13.750 per dolar AS.
Adapun sentimen bagi rupiah masih akan dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal virus corona. Virus ini telah menyebar ke hampir 10.000 orang di seluruh dunia dan jumlah kematian di China naik menjadi 213 jiwa. “Hal ini dapat meningkatkan kekhawatiran atas kemampuan China untuk menahan wabah tersebut sehingga dapat sangat menghambat pertumbuhan global,” kata Ibrahim sore ini.
Setidaknya sebanyak 25 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus corona di wilayah mereka. China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar.
Kedua, soal pemangkasan suku bunga acuan Bank Rakyat Tiongkok (BRT). Suku bunga negara tirai bamboo ini turun sebesar 10 basis poin pada hari ini. Selain itu, BRT akan menyuntikkan dana sebesar 1,2 triliun yuan atau setara 174 miliar dolar AS ke dalam sistem keuangan. Hal ini bertujuan untuk memastikan likuiditas yang cukup dan stabil bagi Cina.
Ketiga, soal data perdagangan Jerman maupun Perancis yang turun dan Inggris yang keluar dari Uni Eropa. Jumat lalu, rilis data penjualan ritel Jerman merosot 3,3 persen pada bulan Desember 2019 atau jauh lebih lemah dari yang diharapkan.
Ekonomi Perancis juga secara tak terduga mengalami kontraksi pada kuartal terakhir tahun lalu, dengan PDB menyusut 0,1 persen. Ini adalah kali pertama terjadi, sejak Emmanuel Macron menjadi Presiden.
“Sementara Inggris keluar dari Uni Eropa minggu lalu dan mengatakan akan menetapkan agenda sendiri. Hal ini menciptakan ketidakpastian tentang pembicaraan masa depan dengan Uni Eropa,” ujar Ibrahim.
Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dibayangi oleh rilis angka inflasi periode Januari 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Para analis memperkiakan inflasi sebesar 0,46 persen secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,85 persen.
Sebagai catatan, dalam beberapa waktu terakhir inflasi Indonesia selalu berada di bawah ekspektasi. Pada bulan Desember 2019 misalnya, BPS mengumumkan terjadi inflasi sebesar 0,34 persen secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan yang juga merupakan inflasi untuk keseluruhan tahun 2019 berada di level 2,72 persen.
Selain itu, upaya Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi dalam perdagangan mata uang asing serta pasar forward dan bond domestik yang tidak dapat dikirim pada hari ini turut menstabilkan rupiah.
BI dengan berani membeli obligasi di pasar sekunder dan menawarkan DNDF (forward non-deliverable domestik) melalui 8 broker dan intervensi juga dilakukan dengan cara yang terukur di pasar valas spot.
“Intervensi BI telah membantu menjaga rupiah sebagian besar stabil dalam beberapa pekan terakhir, tetapi likuiditas dolar di pasar spot cukup ketat. Sebagai info saja, BI menjual kontrak DNDF senilai lebih dari 380 juta dolar AS lebih awal pada hari Senin, menambah sekitar 450 juta dolar AS yang terjual pada hari Jumat lalu,” kata Ibrahim.