MINEWS, JAKARTA-Nilai tukar rupiah atas dollar Amerika Serikat ditutup menguat di akhir pekan ini, 25 Oktober 2019. Rupiah melemah di level Rp 14.035 per dolar AS atau naik 0,017 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen dari eksternal antara lain :
Pertama, soal Brexit. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, anggota parlemen harus mendukung pemilihan umum awal 12 Desember nanti. Hal tersebut untuk mendapatkan lebih banyak waktu untuk meneliti kesepakatan Brexit.
“Para pejabat Uni Eropa akan bertemu dalam waktu dekat untuk memutuskan berapa lama mereka akan memperpanjang batas waktu Inggris untuk berangkat dari blok tersebut,†katanya.
Kedua, soal optimisme dari investor terhadap The Federal Reserve (bank sentral AS) akan memangkas biaya pinjaman untuk ketiga kalinya tahun ini.
“Presiden AS Donald Trump telah mendorong penurunan suku bunga lebih banyak lagi, hal itu berpengaruh pada penurunan suku bunga di bank sentral lain di seluruh dunia,†ujarnya.
Ketiga, soal kebijakan dari pimpinan Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi. Kebijakannya dinilai kontroversial, namun ia menolak dikritik. Terutama terhadap kebijakan suku bunga negatifnya dan desakannya untuk melanjutkan pembelian langsung obligasi pemerintah mulai bulan depan.
Sementara dari dalam negeri, penguatan rupiah ditopang oleh pengumuman Wakil Menteri (Wamen) oleh Jokowi- ma’ruf Amin hari ini. Hal tersebut dianggap sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Di mana Wamen yang terbanyak ada di kementrian BUMN yang memiliki anak perusahaan lebih dari 140 perusahaan plat merah sehingga butuh pengawasan yang ekstra ketat agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar seperti sebelumnya,†katanya.