Pengamat: Masuknya Maskapai Asing Bukan Solusi, Tapi Bisa Jadi Opsi

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Pengamat penerbangan Ziva Narendra mengatakan kehadiran maskapai asing tentu bukan satu-satunya solusi, tapi bisa jadi opsi.

“Opsi ini menjadi menarik. Kalau bisa meningkatkan persaingan yang sehat dan pangsa pasarnya bisa terlayani. Why not?,” ujar Ziva.

Ziva menambahkan, semakin banyak pemain dalam industri pesawat tanah air, maka kompetisinya akan lebih menarik.

Tentu harga kian kompetitif, pemerintah harus mempertimbangkan rute dan juga ketertarikan wisatawan untuk mau bepergian dengan air line tersebut. Selain itu, fix cost masing-masing maskapai tentu berbeda. Maka itu juga perlu dipertimbangkan, menurut Ziva.

Anggota Ombudsman RI sekaligus pengamat penerbangan Alvin Lie juga tak menyetujui kehadiran maskapai asing dalam penerbangan domestik.

Dari segi kedaulatan negara, pembukaan pintu bagi maskapai asing sama aja dengan menggadaikan kedaulatan negara. Hal ini bisa dibandingkan dengan skema yang diterapkan oleh AS yang tak mengijinkan maskapai lain untuk melayani rute domestiknya.

Alvin melanjutkan bahwa untuk mencari solusi tentang kenaikan harga tiket ini, perlu memahami terlebih dahulu soal sejumlah masalah yang melingkupinya.

“Masalahnya adalah tarif batas atas yang diturunkan oleh pemerintah cuma untuk penerbangan di kota-kota besar. Yang diurus adalah pesawat mesin jet saja, tapi yang pakai baling-baling seperti rute perintis di daerah-daerah terpencil malah tak diperhatikan. Anggaran untuk rute perintis memang sebagian disubsidi dari pemerintah tapi sekarang malah dipangkas. Ini yang tidak adil,” ujar Alvin.

Ia juga mengungkapkan bahwa penetapan tarif batas atas untuk tiket pesawat sebenarnya sudah berlaku sejak 2014 dan tak pernah dinaikkan. Hal ini tentu tidak sinkron dengan biaya operasional maskapai yang terus naik saat ini, seiring naiknya harga avtur dan juga nilai tukar rupiah.

“Ini tentu buat profit margin airline kian tipis. Baru-baru ini, ambang batas atas malah diturunkan, sementara biaya operasional makin bertambah.
Belum lagi maskapai harus bayar pembelian dan sewa pesawat dari luar. Maka otomatis maskapai rugi. Mereka sekarang hanya berupaya untuk bertahan hidup. Ini buat harga tiket makin tidak fleksibel,” kata Alvin.

Ia berharap Kementerian Perhubungan perlu merevisi regulasi soal harga tiket ini, bukan malah turunkan.

“Menhub perlu naikkan tarif batas atas sehingga maskapai bisa kembali untung. Selain itu, mereka juga harus batasi jumlah pesawat baru karena jumlah pesawat saat ini sudah melampaui pangsa pasar,” ujar Alvin. (Krisantus de Rosari Binsasi)

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Tinggal Menunggu Hari, Pengamat Politik Ingatkan 12 Kerawanan Ini

Penyelenggaraan Pilkada serentak pada 27 November mendatang mendapat sambutan positif, terutama dalam hal efisiensi biaya dan penyelarasan pembangunan. Menurut Yance...
- Advertisement -

Baca berita yang ini