Pengakuan Keluarga: Brandon Tarrant Berubah Sikapnya Setelah Pulang dari Eropa

Baca Juga

MINEWS, SYDNEY – Aksi kejam yang dilakukan Brenton Tarrant menembak jamaah masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat lalu (16 Maret 2019), membuat shock keluarganya. Mereka tak menyangka Tarrant bisa melakukan perbuatan sesadis itu. “Kami semua ditampar, kami tidak tahu harus berpikir apa,” kata nenek Tarrant, Marie Fitzgerald, Minggu (17 Maret 20189), seperti dikutip TheStraits Times.

Paman Tarrant, Terry Fitzgerald awalnya tak percaya keponakannya adalah pelaku penembakan masjid di Christchurch. “Pertama-tama saya berkata, ‘tidak, itu tidak mungkin’, tapi kemudian saya melihat fotonya,” ujarnya.

Menurut pengakuan Marie, Tarrant tak pernah menunjukkan ketertertarikanya pada hal-hal yang berbau SARA. Namun diakui Marie, ada perubahan pribadi Tarrant saat dia pulang dari perjalananya ke Eropa.

Saat pulang dari Eropa, Tarrant lebih banyak berdiam di kamar dan sesekali dia keluar bertemu dengan teman-temannya.

Saat ini ibu dan adik Tarrant yang tinggal di daerah Dunedin, dijaga ketat aparat kepolisian. Bahkan anggota keluarga lainnya tidak diizinkan menghubungi mereka. “Polisi akan melakukan tugasnya dan melindungi mereka, dan tidak ada kontak telepon, mereka mengatakan Anda tidak bisa menghubungi mereka,” kata Marie.

Setidaknya 50 orang meninggal dalam insiden penembakan di Christchurch. Sementara lebih dari 30 lainnya masih menjalanin perawatan di rumah sakit.

Tarrant telah menjalani persidangan pada Sabtu. Dia didakwa dengan satu pasal pembunuhan berdasarkan Undang-Undang Kejahatan. Namun, jaksa akan mengajukan tuntutan lain terhadap Tarrant.

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini