Penembakan Misterius buat Lebanon Kian Gelisah

Baca Juga

MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Ketika Joe Bejany ditembak dengan peredam ketika ia bersiap membawa kedua putrinya ke prasekolah. Hal itu bukan hanya mengejutkan desa tempatnya tinggal, melainkan juga mengejutkan Lebanon yang tengah gelisah.

Hingga saat ini belum diketahui dengan jelas motif pembunuhan Joe yang berprofesi sebagai karyawan di perusahaan telekomunikasi dan fotografer lepas itu. Akan tetapi, media lokal dan orang-orang bertanya-tanya apakah pembunuhan itu berkaitan dengan penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut.

Penduduk Kahaleh, yang berjarak sekitar 13 km (8 mil) dari ibu kota Beirut, mengatakan mereka menginginkan penyelidikan cepat atas apa yang mereka yakini sebagai operasi terencana atau lainnya.

“Ini bukan hanya tentang desa kami. Karena hari ini Joe (dibunuh), besok orang lain (mungkin juga akan dibunuh). Apakah kita harus melindungi rumah dan desa kita sendiri?” kata Jean Bejjany, kepala dewan kota yang juga kerabat jauh korban, melansir Reuters.

Sejumlah kematian misterius baru-baru ini telah memicu desas-desus serupa terkait ledakan di pelabuhan Beirut pada Agustus. Bahkan, ketika pejabat keamanan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki bukti adanya hubungan tersebut.

Hampir lima bulan sejak timbunan besar bahan kimia, yang disimpan secara tidak aman selama bertahun-tahun, diledakkan di pelabuhan, penyelidikan itu belum memberikan hasil kepada publik.

Ledakan di pelabuhan Beirut sendiri menewaskan 200 orang dan menghancurkan sebagian besar ibu kota. Ledakan tersebut juga menambah krisis keuangan yang memicu kekhawatiran atas keamanan di Lebanon.

Kedua pria bersenjata mengambil ponsel Joe sebelum menyelinap pergi dan menghabisi nyawa korban. Kedua putrinya yang berusia dua dan empat tahun menemukan ayah mereka dalam kondisi tak bernyawa di dalam mobil.

Dua sumber keamanan mengatakan pembunuhan itu dilakukan secara profesional tetapi motifnya tidak jelas. Menteri dalam negeri sementara telah berjanji untuk menemukan pelakunya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini