MATA INDONESIA, JAKARTA – Tim peneliti internasional telah menemukan mekanisme target potensial dari cara kerja obat untuk melawan berbagai penyakit, termasuk Covid-19.
Dalam studi di jurnal Molecular Cell ini terungkap cara kerja reseptor sel yang terlibat dalam perkembangan kanker dan penyakit inflamasi.
Arun Shukla, Ketua Profesor Joy Gill di IIT Kanpur yang mempelopori penelitian ini mengatakan bahwa sistem komplemen merupakan bagian integral dari mekanisme pertahanan tubuh kita terhadap serangan patogen termasuk virus.
“Ketika bakteri atau virus masuk ke tubuh kita, sistem komplemen diaktifkan termasuk dua reseptor membran berbeda yang disebut C5aR1 dan C5aR2,” kata Shukla, seperti dilansir dari Medical Xpress, Minggu 3 Oktober 2021.
Aktivasi sistem pelengkap sangat penting untuk memerangi patogen berbahaya, aktivasi yang berlebihan dan berkelanjutan menyebabkan peradangan.
“Bahkan kondisi yang mengancam jiwa seperti yang bertanggung jawab atas komplikasi parah pada Covid-19,” kata Shukla.
Dengan menggunakan teknologi mutakhir seperti CRISPR dan mikroskop elektron kriogenik, para peneliti mengungkap cara kerja C5aR2, memberikan peluang tambahan untuk penargetan terapeutik atau perawatan obat untuk Covid-19.
Stephane Laporte, seorang Profesor di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan mengatakan untuk mengobati Covid-19, beberapa ilmuwan sudah mencoba untuk memblokir aktivasi reseptor C5aR1.
Bahkan, uji klinis sedang berlangsung untuk Avdoralimab pada pasien dengan pneumonia parah yang diinduksi Covid-19. “Studi kami membuka kemungkinan untuk menargetkan C5aR2 dengan merancang molekul obat baru. Dapat mengikat reseptor ini dan memblokir aktivasi dan respons peradangannya,” kata Laporte.
Peneliti menjelaskan bahwa sel-sel dalam tubuh manusia dikelilingi oleh reseptor yang merupakan target obat penting.
Reseptor ini, kata peneliti, bekerja sebagai pembawa pesan karena mereka menerima dan mengirimkan sinyal. “Kami sangat bersemangat untuk menguraikan detail yang lebih baik dari reseptor ini menggunakan teknologi mutakhir. Informasi tersebut harus meningkatkan pengetahuan dasar kami tentang pensinyalan seluler. Dan ini memungkinkan kami untuk menerjemahkan temuan kami menjadi penemuan obat baru,” ujar Arun Shukla.