Pemimpin Katolik Roma Myanmar: Sudahi Pertikaian Ini!

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Pemimpin Katolik Roma Myanmar menyerukan agar serangan terhadap tempat-tempat ibadah diakhiri! Pernyataan ini terlontar usai empat orang tewas dan lebih dari delapan lainnya luka-luka ketika sekelompok yang sebagian besar wanita dan anak-anak mencari perlindungan di sebuah gereja.

Konflik antara aparat keamanan dan pasukan penentang junta militer telah meningkat dalam beberapa hari terakhir di Myanmar timur, dekat perbatasan negara bagian Shan dan Kayah. Sebanyak 20 pasukan keamanan dan pejuang etnis tewas, menurut laporan penduduk dan media setempat.

“Dengan kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa, kami mencatat penderitaan kami atas serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, yang mencari perlindungan di Gereja Hati Kudus, Kayanthayar,” kata Kardinal Charles Maung Bo, yang merupakan Uskup Agung Yangon, dalam sebuah surat yang diposting di Twitter, melansir Reuters, Rabu, 26 Mei 2021.

“Gereja di distrik Loikaw, ibu kota Negara Bagian Kayah yang berbatasan dengan Thailand, mengalami kerusakan parah selama serangan Minggu malam,” sambungnya Bo.

Myanmar didominasi Buddha tetapi beberapa daerah termasuk Kayah memiliki komunitas Kristen yang besar. Bo menambahkan, aksi kekerasan, termasuk tembakan terus membombardir wilayah tersebut.

“Tindakan kekerasan, termasuk penembakan terus menerus dan menggunakan senjata berat, memberikan ketakutan pada setiap orang, yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak. Serangan ini telah menimbulkan korban,” ucapnya.

“Ini perlu dihentikan. Kami mohon kepada kalian semua … mohon jangan meningkatkan perang,” pintanya.

Bo berkata bahwa gereja, rumah sakit, dan sekolah dilindungi selama konflik oleh konvensi internasional. Ia mengungkapkan serangan itu telah mendorong 20 ribu warga Myanmar melarikan diri ke hutan dan sangat membutuhkan makanan, obat-obatan, serta kebersihan.

“Orang tua dan anak-anak ada di gereja. Semua gereja telah memasang bendera putih untuk menghentikan penembakan,” kata pria berusia 20 tahun itu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Dia mengatakan situasi di daerah tersebut masih mencekam dengan aparat keamanan Myanmar yang tak segan melepaskan senjata ketika berhadapan dengan milisi lokal yang bersenjata ringan.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak junta militer mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Protes harian, pawai, dan pemogokan nasional melawan junta mewarnai hari-hari di Negeri Pagoda.

Berdasarkan laporan Kelompok Aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), aparat keamanan Myanmar telah menewaskan lebih dari 800 warga sipil dan menangkap ribuan massa anti pemerintahan junta militer.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini