MATA INDONESIA, JAKARTA – Para pemimpin Asia Tenggara mengatakan bahwa pemimpin junta militer, Min Aung Hlaing berjanji untuk mengakhiri krisis yang tengah melanda Myanmar. Namun, ia tidak secara eksplisit menanggapi tuntutan untuk menghentikan pembunuhan terhadap para pengunjuk rasa.
“Ini di luar dugaan kami,” kata Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin kepada wartawan usai pertemuan para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), melansir Reuters, Minggu, 25 April 2021.
“Kami berusaha untuk tidak terlalu menuduh pihaknya karena kami tidak peduli siapa yang menyebabkannya. Kami hanya menekankan bahwa kekerasan harus dihentikan. Baginya, pihak lain yang menyebabkan masalah. Tapi dia setuju bahwa kekerasan harus dihentikan,” sambungnya.
Para pemimpin ASEAN menginginkan komitmen Min Aung Hlaing untuk menahan pasukan keamanannya, yang menurut kelompok pemantau aktivis telah menewaskan 745 orang sejak gerakan pembangkangan sipil massal meledak untuk menantang kudeta. Mereka juga menginginkan pembebasan tahanan politik di Myanmar.
“Dia tidak menolak apa yang saya kemukakan dan banyak rekan lainnya,” kata Muhyiddin.
Menurut pernyataan Ketua ASEAN, Brunei, sebanyak lima poin berhasil di capai pada pertemuan anggota ASEAN di Jakarta, Indonesia, di antaranya: mengakhiri kekerasan, dialog konstruktif di antara semua pihak, utusan khusus ASEAN untuk memfasilitasi dialog, penerimaan bantuan, serta kunjungan utusan ke Myanmar.
Akan tetapi dalam konsensus lima poin tersebut, tidak menyebutkan tahanan politik Myanmar. Meskipun pernyataan Ketua ASEAN mengatakan bahwa pertemuan tersebut salah satunya adalah untuk mencari jalan keluar membebaskan ribuan tahanan yang ditangkap oleh junta militer Myanmar.
“Dia (Min Aung Hlaing) mengatakan bahwa dia mendengar kami, dia akan mengambil intinya, yang dia anggap membantu. Dia tidak menentang peran kontruktif ASEAN atau kunjungan gelegasi ASEAN atau bantuan kemanusiaan,” kata Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.
Sebelumnya, sebuah kelompok yang terdiri dari 45 organisasi non-pemerintah Asia Tenggara mengatakan bahwa kehadiran Min Aung Hlaing di KTT ASEAN sama saja memberikan legitimasi untuk genosida yang dilakukan oleh rezim militer terhadap warga dan rakyatnya.