Pemilu, Nasib Fumio Kishida Ditentukan, Bertahan atau Dilengserkan

Baca Juga

MATA INDONESIA, TOKYO – Para pemilih di Jepang mendatangai tempat pemungutan suara (TPS) untuk memutuskan apakah akan mendukung pemerintah konservatif pimpinan, Fumio Kishida atau justru melemahkan sang Perdana Menteri baru tersebut.

Pemungutan suara adalah ujian pertama bagi Kishida, yang mengadakan pemilihan segera setelah mengisi posisi yang ditinggalkan Yoshihide Suga dan untuk Partai Demokrat Liberal (LDP), yang telah terpukul oleh opini negatif mengenai penanganan pandemi virus corona.

Belum lama menempati posisi Perdana Menteri di Negeri Sakura, Kishida telah berjuang untuk memajukan kebijakan, membantu orang miskin, sambil mengamankan dorongan besar dalam pengeluaran militer dan mengambil garis keras di Cina.

Citra buruk yang gagal menginspirasi pemilih, LDP berada di ambang kehilangan satu-satunya mayoritas di majelis rendah parlemen untuk pertama kalinya sejak 2009. Kendati demikian, berdasarkan jajak pendapat menunjukkan bahwa koalisinya dengan mitra junior Komeito diperkirakan akan tetap memegang kendali pemerintahan di Jepang.

Upaya vaksinasi Jepang pada awalnya tertinggal dari negara-negara maju lainnya. Lebih dari 70 persen populasi sekarang divaksinasi sepenuhnya dan infeksi telah menurun tajam, tetapi beberapa pemilih tetap waspada akan lonjakan virus yang telah menewaskan jutaan jiwa di dunia itu.

“Sulit untuk mengatakan pandemi benar-benar padam dan masyarakat stabil, jadi kita seharusnya tidak memiliki perubahan besar dalam kebijakan virus corona. Daripada menuntut perubahan dalam pemerintahan, saya pikir kita harus menuntut kesinambungan,” tutur seorang dokter, Naoki Okura usai memberikan suara di Tokyo.

Rekan senior di Dewan hubungan Luar Negeri, Sheila A. Smith mengatakan bahwa tidak sedikit warga Jepang yang khawatir akan seringnya pergantian perdana menteri.

“Perdana Menteri Kishida akan membutuhkan partai yang bersatu dan penampilan elektoral yang kuat pada 31 Oktober jika dia ingin berhasil mengatasi agenda nasional Jepang yang sulit,” tulis Sheila dalam sebuah blog, melansir Reuters, Minggu, 31 Oktober 2021.

Kelompok oposisi terbesar, Partai Demokrat Konstitusional Jepang diperkirakan akan mendapatkan kursi tetapi tidak akan menggulingkan koalisi Kishida.

Akan tetapi, kehilangan besar kursi LDP dapat menyebabkan pertikaian internal partai, mengembalikan Jepang ke era pemerintahan berumur pendek yang mengurangi status globalnya, sampai Shinzo Abe memimpin negara itu selama delapan tahun hingga September 2020.

Pemungutan suara akan berakhir pada pukul 08.00 malam waktu setempat dengan hasil yang diproyeksikan kemungkinan akan datang segera setelah itu dari jajak pendapat media.

Tujuan Kishida yang dinyatakan secara terbuka adalah agar koalisinya mempertahankan mayoritas, setidaknya 233 kursi, dari 465 di majelis rendah. Sebelum pemilihan, koalisi memiliki mayoritas dua pertiga dari 305, dengan LDP memegang 276.

“Partai politik lainnya tersebar semua, jadi saya tidak bisa menyerahkannya kepada mereka dengan percaya diri. Hanya ada LDP, tetapi itu pilihan negatif,” kata Hiroki Kita, seorang eksekutif periklanan.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini