Pemeriksaan 2 Aparat Kepolisian oleh Kejagung Merupakan Wujud Keseriusan Pemerintah Tangani Isu HAM Papua

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kejaksaan Agung (Kejagung) memeriksa dua orang saksi terkait kasus dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di Paniai, Papua. Adapun keduanya berasal dari pihak kepolisian. Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai jika upaya ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani isu HAM di Papua.

“Pemerintah serius dengan penanganan Papua, dan isu yang paling sering muncul adalah soal HAM. Sudah tepat jika pemerintah melakukan proses atas pelanggaran HAM termasuk yang dilakukan aparat,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Sabtu 12 Februari 2022.

Sementara Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Leonard Eben Ezer menegaskan jika pemeriksaan terhadap keduanya dilakukan pada hari yang berbeda. Tujuannya untuk menerangkan proses kegiatan tim dan laporan hasil kegiatan tim terpadu investigasi serta memperoleh keterangan terkait dugaan pelanggaran HAM.

Ia juga menyampaikan pemeriksaan terhadap keduanya dilakukan di Jakarta. Pemeriksaan berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat.

“Pemeriksaan saksi dilakukan di Jakarta serta dilaksanakan dengan mengikuti secara ketat protokol kesehatan antara lain dengan menerapkan 3M,” kata Leonard.

Sebelumnya, total saksi yang diperiksa terkait kasus Paniai berjumlah 37 orang. Pemeriksaan dilakukan di Papua dan Jakarta.

“Telah dilakukan pemeriksaan terhadap 37 orang yang terdiri dari 6 orang sipil/warga; 13 orang pihak Kepolisian RI; dan 18 (delapan belas) orang dari pihak Tentara Negara Indonesia (TNI),” kata Leonard.

Menko Polhukam Mahfud Md juga sebelumnya sudah menegaskan jika Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Jaksa Agung ST Burhanuddin membentuk tim jaksa senior untuk menangani kasus dugaan pelanggaran HAM berat. Salah satunya penyidikan umum atas kasus di Paniai, Papua.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini