MINEWS, JAKARTA – Hingga penutupan perdagangan Selasa 23 Juli 2019, dolar AS kembali menguat atas rupiah.
Mengutip data dari RTI Business, dolar menguat 0,28 persen atas rupiah atau setara dengan 13.984 rupiah.
Atau, dengan kata lain rupiah melemah 0,3 persen atas dolar AS dibandingkan penutupan Senin kemarin yakni 13.943 rupiah per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi 13.973 rupiah per dolar AS atau melemah dibanding kemarin yakni 13.963 rupiah per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di rentang 13.955 rupiah per dolar AS hingga 13.986 per rupiah dolar AS.
Pelemahan tersebut turut dialami sebagian besar mata uang utama. Rupee India melemah 0,03 persen, won Korea Selatan melemah 0,06 persen, peso Filipina melemah 0,11 persen, dan ringgit Malaysia melemah melemah 0,12 persen.
Kemudian, baht Thailand melemah 0,22 persen, dolar Singapura melemah 0,22 persen, dan yen Jepang melemah 0,29 persen. Di sisi lain, dolar Hong Kong malah menguat 0,01 persen dan yuan China menguat 0,03 persen.
Tak berbeda jauh, mata uang negara maju juga melemah terhadap dolar AS. Dolar Australia melemah 0,14 persen, euro melemah 0,25 persen, dan poundsterling Inggris melemah 0,4 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah masih disebabkan oleh sentimen global.
Pertama, kemungkinan Boris Johnson menjadi Perdana Menteri Inggris kian terbuka. Hal ini menakutkan pelaku pasar, mengingat Johnson berencana menceraikan Inggris dari Uni Eropa Oktober mendatang tanpa ada kesepakatan perdagangan (no-deal Brexit).
Di sisi lain, kondisi geopolitik di Timur Tengah memancing pelaku pasar untuk melarikan asetnya ke aset aman (safe haven) seperti dolar AS. Ini mengingat ketegangan AS dan Iran yang kian sengit setelah Iran mulai mengawasi semua kapal yang keluar-masuk kawasan teluk.
“Jika tensi terus tinggi seperti ini, bukan tidak mungkin ada pihak yang ‘khilaf’. Risiko konflik bersenjata alias perang tidak bisa dihapus begitu saja. Ini tentu membuat pelaku pasar was-was dan ogah mengambil risiko,” kata Ibrahim kepada Mata Indonesia News, Selasa 23 Juli 2019.
Sementara sentimen dari dalam negeri, datang dari upaya para pelaku pasar (investor) memanfaatkan situasi saat ini untuj mengambil keuntungan dengan cara keluar posisi alias profit taking.
“Saat ini juga para pelaku pasar menunggu informasi tentang The Fed di akhir bulan ini,” ujar Ibrahim.
Ia pun memperkirakan, Rupiah masih akan melemah pada perdagangan Rabu 24 Juli 2019, karena sentiment global yang masih kuat. Range pelemahannya di di kisaran 13.950 rupiah hingga 14.010 rupiah per dolar AS. (Krisantus de Rosari Binsasi)