MATA INDONESIA, JAKARTA – Di awal tahun 2021, perhatian pemimpin Katolik dunia Paus Fransiskus adalah negara Islam, Yaman, karena perang saudara telah mengancam anak-anak yang akan kehilangan pendidikan, obat-obatan serta kelaparan. Sebab kehidupan sekarang diatur oleh perang dan permusuhan antar sesama warga Yaman yang berbeda keyakinan Islamnya.
Pada Rabu 30 Desember 2020 saja sebanyak 22 orang tewas akibat serangan di bandara Kota Aden sehingga memancing kemarahan suku Houthi yang menguasai Ibu Kota Yaman, Sanaa.
“Saya mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan saya atas meningkatnya kekerasan di Yaman, yang menyebabkan banyak korban yang tidak bersalah,” kata Paus Fransiskus dalam kebaktian Tahun Baru yang dilaporkan Middle East Eye, Jumat 1 Januari 2021.
Perang saudara Yaman yang sudah memasuki tahun keenam sekarang, berawal dari masuknya paham Salafi dan Wahabi ke negara itu hingga muncul tokoh bernama Hussein Badreddin al-Houthi kemudian melakukan pemberontakan di tingkat gubernur pada 2004.
Hussein al-Houthi terbunuh setelah 2004, yang disebut tindak kekerasan militer pemerintah setelah dia melancarkan protes. Nama Houthi kemudian digunakan untuk kelompok pemberontak yang dilanjutkan saudara dan kerabat mereka.
Sekitar 2009 pemberontakan Houthi yang mengacu ke Syiah memanas sehingga Arab Saudi yang dikuasai aliran Wahabi ikut campur membantu Pemerintah Yaman.
Kondisi semakin parah setelah 2015 ketika Amerika Serikat ikut memberi bantuan intelijen kepada Arab Saudi.
Awal pekan ini, sebuah laporan yang dirilis oleh Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) mengatakan bahwa setidaknya 12,4 juta anak Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan, dengan sekitar 358.000 menderita kekurangan gizi parah.