MINEWS, JAKARTA – Aksi kerusuhan 21-22 Mei 2019 membuat nilai tukar (kurs) rupiah tertekan. Seperti yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis ini, 23 Mei 2019, rupiah diprediksi masih lanjut melemah.
Menurut prediksi ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, rupiah masih akan terbawa sentimen kerusuhan di beberapa tempat di Jakarta. “Kemungkinan rupiah berlanjut melemah dengan kondisi saat ini, ditambah adanya faktor musiman meningkatnya permintaan dolar AS,” ujar Lana di Jakarta.
Sementara faktor lain dari eksternal, Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019. Yakni dari sebelumnya 3,3 persen menjadi 3,2 persen dengan pertimbangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.
Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) pada April lalu juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya sebesar 3,3 persen dari proyeksi Januari 3,5 persen. Sedangkan Bank Dunia pada awal tahun memproyeksi ekonomi global tumbuh 2,9 persen di 2019.
Kendati begitu, lanjut Lana, semua lembaga internasional tersebut masih optimis dengan ekonomi pada tahun 2020 yang diperkirakan membaik dibandingkan tahun 2019. Padahal pada tahun 2020 ada potensi ekonomi Amerika Serikat melambat.
OECD berharap Amerika Serikat dan China bisa segera menyelesaikan konflik dagang, yang bisa membantu perbaikan ekonomi dunia ke depan. “Kemungkinan rupiah melemah menuju kisaran antara Rp14.350 hingga Rp14.550 per dolar AS, meski tetap dalam penjagaan Bank Indonesia,” kata Lana.
Rupiah sendiri Kamis pagi menguat 17 poin atau 0,12 persen menjadi Rp 14.508 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.525 per dolar AS.