Panen pancaran energi dari matahari yang memantul di luar angkasa menjadi sebuah harapan bagi Cina untuk menghasilkan sebuah energi untuk negaranya. Rencananya Cina akan memancarkan energi matahari ke Bumi dengan menggunakan infrastruktur besar di orbit. Pemerintah Cina memproyeksikan mampu me nghasilkan 1 megawatt dari luar angkasa pada tahun 2030.
Sebenarnya proyek ini sudah berjalan sejak tiga tahun lalu di desa Heping, distrik Bihan. Namun, sempat terhenti karena faktor keterbatasan kelayakan dan keamanan teknologi. Meski demikian, proyek tersebut bisa dilanjutkan kembali pada bulan Juni jika mengacu pada situs web pemerintah kabupaten.
Secara garis besar proyek ini bisa berjalan apabila sinar energi intensif perlu menembus awan secara efisien dan mengenai stasiun bumi secara langsung dan tepat. Mengingat, para ahli menilai pembangkit listrik tenaga surya tidak efisien karena hanya beroperasi pada siang hari. Sementara atmosfer memantulkan atau menyerap hampir separuh energi di bawah sinar matahari.
Sebenarnya gagasan seperti ini sudah diinisiasi oleh beberapa ilmuwan dan insinyur luar angkasa sejak tahun 1960-an. Dari ketinggian 36 ribu kilometer atau lebih, pembangkit listrik tenaga surya geostasioner bisa menghindari bayangan bumi dan melihat matahari 24 jam sehari.
Bahkan dalam beberapa dekade terakhir, berbagai bentuk pembangkit listrik tenaga surya telah diusulkan dari seluruh dunia tetapi hanya menjadi teori karena terbatas oleh tantangan teknis. Seperti misalnya yang dilakukan oleh seorang insinyur dan penemu yaitu Nikola Tesla yang mempopulerkan aplikasi jarak pendek seperti pengisi daya nirkabel untuk ponsel cerdas.
Ironisnya, Tesla gagal karena perjalanan listrik yang dibuat di udara seperti gelombang ke segala arah. Padahal untuk meningkatkan jangkauan efektif, energi harus dikonsentrasikan menjadi sinar yang sangat fokus.
Sementara itu peneliti Cina menerima energi nirkabel yang dipancarkan dari balon setinggi 300 meter dari atas tanah. Apabila fasilitas Bishan selesai, para peneliti ini berencana untuk meningkatkan jangkauan hingga lebih dari 20 kilometer dengan kapal udara yang mengumpulkan energi matahari dari stratosfer. Para peneliti juga akan memanfaatkan beberapa aplikasi teknologi seperti sinar energi untuk menggerakan drone.
Meski demikian, menurut sebuah artikel dari situs web Akademi Ilmu Pengetahuan Cina pada Mei lalu, seorang ilmuwan dalam program pembangkit tenaga surya bernama profesor Ge Changchun menegaskan bahwa proyek tersebut juga mendapatkan banyak tentangan. Namun, setelah pemerintah mengumumkan tujuannya yaitu mewujudkan nol emisi pada 2060, dukungan kembali menguat dari berbagai sektor energi.