MATA INDONESIA, JAKARTA – Upaya bersih-bersih BUMN yang dicanangkan oleh menteri BUMN Erick Thohir jadi penting untuk menyelamatkan aset negara yang sangat besar di BUMN. Semua direksi yang ditangkap atas nama tuduhan tindak pidana korupsi itu adalah produk masa kepemimpinan menteri BUMN Rini Soemarno.
Pengamat Kebijakan Publik Azas Tigor Nainggolan pun membongkar borok yang ditinggalkan Menteri Rini. Ia mengatakan, sejak Juli 2017 hingga kini, sudah ada 10 BUMN yang direktur atau pejabat di jajaran manajemennya tertangkap atau dinyatakan sebagai koruptor atau tersangka kasus korupsi.
“Periode ini adalah masa terburuk bagi kinerja manajemen BUMN, maka pantas menjadi evaluasi total terhadap keberadaan manajemen unit usahanya,†katanya kepada Minews, Senin 9 Desember 2019.
Tigor mengatakan, momen bersih- bersih terhadap 142 BUMN yang mengelola aset senilai Rp. 8.200 triliun ini, jangan hanya di kalangan Direksi BUMN saja, tetapi juga perlu ke para Komisaris.
“Soalnya kasus korupsi para direksi BUMN membuktikan bahwa para komisaris telah gagal mengawasi kinerja manajemen perusahaan bersangkutan. Maka, patut dievaluasi dan diganti,†ujarnya.
Kata Tigor, hal tersebut penting karena tiga Komisari cukup vital, di mana harus memastikan perusahaan BUMN dikelola baik oleh para direksinya. Sebagai contoh, ia menilai penempatan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina adalah tepat karena menjadi salah satu upaya memperbaiki kinerja serta membersihkan praktik korupsi di Pertamina.
Tigor juga menganjurkan agar segera mengganti semua direksi Garuda dan direksi BUMN lain yang bermasalah, agar terjadi perbaikan dalam kinerja para direksi serta manajemen BUMN. “Dan juga mampu memberikan keuntungan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia,†katanya.