Pakar: Gak Guna Ributkan Angka Kematian, Yang Penting Seluruh Warga Kompak Perangi Covid19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Seorang pakar epidemiologi kebangsaan Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, meminta seluruh warga negara Indonesia tidak meributkan tingginya angka kematian akibat Covid19. Hal yang perlu dilakukan sekarang adalah semua unsur bangsa tanpa terkecuali bersatu dan kompak mencegah hingga menghabisi wabah itu.

Hal itu diungkapkan Dicky dalam wawancara televisi yang dibagikan akun metrotvnews.com, Senin 23 Maret 2020.

Sebagai pakar penyakit menular, Dicky menilai wajar jika di tahap awal penyebarannya angka orang yang positif dan meninggal akibat Covid19, tinggi. Data terakhir angkanya 514 orang positif terinfeksi dengan angka kematian 48 orang, sedangkan yang berhasil sembuh 29 orang.

“Saya kira kita jangan terlalu berpolemik dalam angka yang fantastis itu. Yang paling penting sakarang adalah upaya bersama. Kalau kita terlalu berpolemik pada hal yang tidak prisip justru akan kewalahan, mumpung sekarang masih dalam tingkat awal penyebaran virus itu,” begitu Dikcy menjelaskan.

Dicky menyontohkan Cina yang di awal merebaknya wabah itu, angka kematian di Wuhan mencapai 17 persen. Tetapi dengan upaya-upaya menjaga jarak sosial hingga pemeriksaan cepat dan isolasi, semakin hari angkanya semakin menurun.

Padahal, Dicky menyatakan Covid19 di Wuhan tergolong strain atau jenis yang paling ganas di antara empat strain lain yang berkembang di luar Cina, termasuk Indonesia.

Dengan kekompakan dan penanganan medis yang serempak serta cepat, Cina terbukti mampu mengakhiri wabah tersebut dalam tiga bulan.

Jika Indonesia mau mengikuti Cina, seluruh masyarakat harus kompak melakukan jaga jarak, tinggal di rumah sehingga tenaga medis bisa menekan angka penyebarannya lebih baik lagi.

Tanpa kekompakan, Indonesia justru akan tidak pernah selesai memerangi wabah ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini