Ngeri, Simpatisan Partai NLD Myanmar Dibakar Hidup-hidup!

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Seorang aktivis pro-demokrasi, Sein Win di kota Sagaing Region wilayah Monywa, Myanmar dibunuh pada Jumat (14/5) setelah dibakar secara hidup-hidup, menurut seorang saksi mata insiden tersebut.

Manajer pabrik Taing Aung mengatakan bahwa dia sedang berbicara dengan korban, Sein Win yang berusia 60 tahun, pada hari Jumat pagi ketika seorang pekerja pabrik, Aung Ko menyiramkan bensin ke tubuh Sein Win dan membakarnya.

“Saya melihatnya menuangkan bensin dan langsung membakarnya. Saya berteriak dan mencoba memadamkan api pada Ko Sein Win,” kata Taing Aung yang merupakan teman korban, melansir Myanmar Now.

“Dia menuangkan bensin padanya seperti yang kami lakukan dengan air selama festival air Thingyan,” sambungnya.

Sein Win yang menderika luka bakar langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Monywa, Myanmar untuk mendapatkan perawatan. Namun, ia meninggal sekitar pukul 11 malam (waktu setempat.red), tambah sang rekan.

“Dia mengalami luka bakar parah di kaki, tangan, dan kepalanya — hampir di sekujur tubuhnya. Wajahnya terbakar hitam. Kulit di kaki dan tangannya terkelupas,” tutur Taing Aung.

Pelaku pembakaran diidentifikasi sebagai Aung Ko, penduduk bangsal Myawaddy Monywa, Myanmar. Usai melakukan aksi biadapnya itu, Aung Ko langsung melarikan diri dan hingga saat ini keberadaan serta motifnya belum diketahui.

Sementara Sein Wein, yang merupakan pendukung lama Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) telah aktif berpolitik sejak pemberontakan prodemokrasi 1988 dan berkampanye untuk partai tersebut pada pemilu Myanmar tahun 1990.

Menurut putrinya Thin Thin Nwe, aktivitas politik sang ayah sering kali mempersulit dirinya dan keluarganya, termasuk ketiga anaknya yang sudah dewasa.

“Tak satu pun dari kami pernah melamar pekerjaan yang membutuhkan dokumen atau referensi dari administrator lingkungan atau polisi,” katanya, menjelaskan bahwa rezim secara aktif mendiskriminasi mereka yang diketahui menentang aturannya.

Sebagai aktivis veteran pro-demokrasi di Myanmar, Sein Win bergabung dengan para pengunjuk rasa anti-rezim di Monywa segera setelah militer merebut kekuasaan pada  1 Februari. Dia juga dekat dengan aktivis pemuda dan mendukung kegiatan anti-kudeta para pengunjuk rasa Generasi Z di kota.

“Dia yakin revolusi ini akan menang. Dia melihat sinar harapan, begitu juga kami. Saya sangat sedih karena ayah saya tidak bisa lagi melihat kemenangan kami,” kata Thin Thin Nwe.

Sein Win juga seorang pekerja amal dan pencinta puisi yang puisinya telah diterbitkan di sejumlah majalah. Seorang rekan penyair di Monywa, Myanmar yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan bahwa kecil kemungkinan motif serangan itu bersifat pribadi.

“Dia adalah seorang pekerja amal dan aktivis politik yang jujur ​​dan aktif,” katanya.

Setidaknya sembilan warga sipil, termasuk penyair Kay Za Win dan penulis Kyi Lin Aye, telah dibunuh dalam serangan brutal terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di Monywa, Myanmar.

Sementara Khet Thi, penyair yang bermarkas di Monywa meninggal pekan lalu dalam tahanan rezim, sehari setelah dia ditangkap di Shwebo, kota lain di Sagaing sekitar 100 km dari Monywa, Myanmar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini