MINEWS, INTERNASIONAL -Â Pemilu Presiden Afghanistan akhirnya berlangsung pada Sabtu 28 September 2019 kemarin. Namun, pemilu kali ini masih saja mengerikan, seperti pemilu-pemilu sebelumnya.
Di tengah pesta demokrasi tersebut, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan melaporkan terdapat lusinan serangan taliban ke sejumlah TPS, yang mengakibatkan 21 warga sipil dan dua anggota militer negara terluka.
Meski terdapat sejumlah serangan, pejabat senior Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Moqim Abdulrahimzai berkata pihaknya sudah melakukan antisipasi sejak jauh hari, dan menurutnya upaya menangkal serangan besar berhasil.
“Sejauh ini, kami telah gagalkan serangan para pemberontak (Taliban),” kata Abdulrahimzai.
Serangan Taliban dimulai ketika pemilu baru berjalan lima jam. Sebuah ledakan muncul di tempat pemungutan suara di sebuah masjid di Kota Kandahar, Afghanistan selatan, melukai 16 orang.
Lalu, di enam distrik di provinsi utara Faryab, saat pemungutan suara berlangsung, pasukan keamanan Afghanistan sempat kontak senjata dengan para militan Taliban. Akhirnya, pemungutan suara pun terhenti.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Taliban mengatakan pejuang mereka menyerang tempat pemungutan suara di provinsi Laghman, di Afghanistan timur. Para pejabat mengatakan, empat ledakan di timur kota Jalalabad terjadi selama mengganggu pemilihan di beberapa stasiun. Ledakan juga melanda Kabul dan Ghazni.
Kelompok garis keras itu meningkatkan serangan terhadap Afghanistan sejak gagalnya pembicaraan antara Amerika Serikat dan Taliban awal bulan ini. Serangan udara yang dipimpin AS telah menyebabkan penghancuran tempat persembunyian Taliban dan puluhan warga sipil terjebak dalam baku tembak bulan ini.
Lebih dari 400 pusat pemungutan suara tetap ditutup karena berada di daerah di bawah kendali Taliban. Ratusan lagi akan ditutup karena masalah keamanan.