MINEWS.ID, JAKARTA – Tanggal 13 Mei 1998 dikenang warga Jakarta sebagai bagian dari sejarah kelam kerusuhan 1998 yang hingga kini tidak jelas benar penggeraknya.
Namun, kerusuhan massal di seluruh Jakarta waktu itu dipicu terbunuhnya empat mahasiswa Universitas Trisakti sehari sebelumnya.
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk di penghujung tahun juga berkesimpulan sama. Penembakan mahasiswa di halaman Kampus Universitas Trisakti adalah awal pemicu kerusuhan 1998 sejak 13 Mei – 15 Mei 1998.
Kerusuhan di Grogol
Kerusuhan dimulai di Grogol. Massa mulai menyambangi kawasan di sekitar Kampus Trisakti menjelang tengah hari. Saat itu ribuan mahasiswa Universitas Trisakti tengah menggelar aksi berkabung gugurnya empat rekannya yang tewas tertembak sehari sebelumnya. Presiden Soeharto sedang di Kairo, Mesir.
Kondisi itu membuat kemarahan mahasiswa semakin memuncak. Jelang pukul 12.00 WIB sebuah truk sampah milik Pemda DKI di Jalan Layang Grogol menjadi sasaran kemarahan mereka dan dibakar.
Kemarahan mahasiswa tidak berhenti di situ. Mereka melempari aparat yang berjaga di depan Mal Ciputra dilempari massa dengan batu, botol, dan benda lain.
Rambu-rambu lalu lintas dan pagar pembatas jalan dicabuti. Menghadapi semua itu, aparat melepas tembakan peringatan dan gas air mata. Massa berhamburan menghindar.
Di Jalan Daan Mogot, massa membakar dan merusak gedung dan mobil. Di halaman parkir, di belakang Mal Ciputra yang biasa digunakan sebagai tempat parkir mahasiswa Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanagara, 15 mobil hangus, 1 mobil terbakar, dan 9 mobil lain hancur. Isi mobil dijarah massa.
Kerusuhan di Jenderal Sudirman
Entah bagaimana hubungannya, kerusuhan itu menjalar ke kawasan Jenderal Sudirman. Namun awalnya adalah ratusan mahasiswa Unika Atmajaya yang menggelar aksi keprihatinan atas tewasnya mahasiswa Trisakti.
Pukul 13.00 WIB dua ruko di pertokoan Bendungan Hilir rusak dan dua mobil terbakar. Suasana terus mencekam. Pukul 15.30 WIB, di kawasan Daan Mogot, tiga helikopter terbang rendah dan petugas di dalamnya meminta massa pulang ke rumah-masing. Namun peringatan itu tak digubris, massa justru menyerang pos polisi di Terminal Grogol dengan lemparan batu.
Saat itu tidak bisa dibedakan lagi antara mahasiswa dan massa yang tidak jelas asal-usulnya. Selepas Magrib, kerusuhan mulai muncul di sejumlah kawasan, terutama di Jakarta Barat.
Kerusuhan seluruh Jakarta
Keesokan harinya kerusuhan meluas ke seantero Jakarta bahkan kawasan Jabodetabek. Polanya ada satu truk berisi lelaki kekar diturunkan pada suatu tempat sebagai provokator agar memanasi massa untuk menjarah toko, swalayan bahkan showroom mobil.
Mobil-mobil dari showroom itu tidak dibawa pulang, melainkan di keluarkan ke tengah jalan dan dibakar.
Showroom paling menjadi incaran adalah yang menjual mobil Keluarga Cendana seperti mobil Bimantara.