Nakal, Senator AS Sempat Mencium Paksa Eks Asisten Hillary Clinton

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON –Mantan asisten Hillary Clinton, Huma Abedin menulis dalam sebuah memoar barunya bagaimana seorang senator Amerika Serikat (AS) berusaha untuk menciumnya secara paksa.

Abedin mengungkapkan seorang politisi yang tidak disebutkan namanya itu ‘menerkamnya’ di sofa pada pertengahan 2000-an setelah mengundangnya ke rumahnya. Namun, ia berhasil menolak dan melarikan diri, demikian dilansir Guardian.

Pengakuan tersebut tertuang dalam buku barunya yang berjudul “Both/And: A Life in Many Worlds”. Memoar ini kabarnya akan diterbitkan pada awal November 2021.

Abedin merupakan andalan dan kepercayaan Hillary Clinton yang sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Demokrat 2016 dan Menteri Luar Negeri AS era mantan Presiden Barack Obama. Hillary bahkan sudah menganggap Abedin sebagai putri keduanya.

Abedin tidak mengungkapkan identitas atau bahkan partai sang senator. Insiden tersebut terjadi ketika ia bekerja untuk Hillary Clinton – saat menjadi senator AS untuk New York periode 2001-2009.

Dalam sebuah wawancara dengan CBS, Abedin yang kini berusia 45 tahun itu, mengatakan bahwa sang senator menciumnya dengan cara yang sangat mengejutkannya.

“Saya berada dalam situasi yang tidak nyaman dengan seorang senator dan saya tidak tahu bagaimana menghadapinya dan saya mengubur seluruh pengalaman itu,” jawab Abedin ketika ditanya apakah ia merasa menjadi korban kekerasan seksual.

“Menurut pendapat pribadi saya, tidak, apakah saya merasa seperti dia menyerang saya pada saat itu? Tidak terasa seperti itu,” sambungnya, melansir 24 News, Kamis, 28 Oktober 2021.

Dikatakan Abedin bahwa ia ingin melupakan situasi tersebut. Sang senator, kata Abedin, menghabiskan banyak waktu untuk meminta maaf kepadanya dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Dalam memoarnya, Abedin menulis bahwa usai makan malam di Washington, ia berjalan keluar dengan sang politisi. Ketika keduanya berhenti di depan rumahnya, politisi tersebut mengundangnya untuk masuk ke rumahnya untuk minum kopi dan Abedin menerimanya.

“Kemudian dalam sekejap, semuanya berubah. Dia duduk di sebelah kanan saya, melingkarkan lengan kirinya di bahu saya, dan mencium saya, mendorong saya. Menekan saya kembali ke sofa,” kisahnya.

“Saya sangat terkejut, saya mendorongnya menjauh. Yang saya inginkan hanyalah 10 detik terakhir dihapus. Kemudian saya mengatakan sesuatu yang hanya akan muncul dari versi saya yang berusia dua puluhan – ‘Saya sangat menyesal’ – dan berjalan keluar, berusaha tampil sesantai mungkin,” tuturnya.

Dalam memoarnya itu, ia juga mengisahkan mengenai kemarahannya pada mantan suaminya, yang merupakan mantan anggota Kongres Demokrat untuk wilayah New York, Anthony Weiner, yang karirnya dihancurkan oleh skandal seks.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini