Muhammadiyah: Masjid Ditutup Mal Dibuka, Itu Argumen Politik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyaknya polemik di masyarakat sekarang ini terkait Covid-19 lebih banyak karena argumen politik. Hal ini diutarakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti.

Ia mengatakan memang ada ketidakpercayaan terhadap pemerintah di tengah Covid-19. Bahkan, ada sebagian yang menunjukkan sikap perlawanan.

Menurut dia, sikap seperti itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari perdebatan politik sejak sebelum terjadinya kasus Covid-19. Misalnya, munculnya tuduhan pemerintah komunis, sekuler, dan pemerintah anti-Islam.

”Itu masih ada dalam risiko politik umat, dan kemudian mendapatkan momentum untuk dihidupkan kembali dengan berbagai arugumen, misalnya ke masjid tidak boleh tapi mal dibuka, mudik tidak boleh tapi tempat wisata dibuka,” ujar Prof Mu’ti dalam webinar CONVEY Indonesia bertema “Beragama di Masa Pandemi”, Jumat 23 Juli 2021.

”Nah argumen-argumen itu memang seringkali muncul. Menurut saya ini lebih sebagai argumen politik daripada argumen keagamaan,” katanya.

Prof Mu’ti menjelaskan bahwa ketebukaan dan kemudahaan mengakses informasi membuat ruang publik semakin hiruk pikuk di masa pandemi.

Menurut dia, media sosial sekarang sudah menjadi ruang pertarungan baru. ”Ini yang sekarang terjadi. Tanpa kita sadari juga bagaimana ketika mobilitas fisik terbatas, mobiltias media sosial tidak bisa dibendung. Dan ini memberikan keuntungan dari kelompok-kelompok tertentu,” katanya.

Menurut dia, kelompok konservatif yang mengambil keuntungan tersebut biasanya tidak memiliki jaringan sosial atau lembaga sosial, sehingga mereka pun memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan berita-berita bohong atau tuduhan kepada pemerintah.

”Sehingga kalau saya boleh jujur, kekuatan kelompok-kelompok konservatif itu kan ada pada kemampuan mereka menggunakan medsos. Karena, sekali lagi, mereka tidak punya lembaga sosial yang memungkinkan mereka membuat gerakan yang berbasis massa,” kata Prof Mu’ti.

Dia pun mencontohkan seperti dalam grup WhatsApp yang diikutinya. Menurut dia, dalam grup tersebut ada satu orang yang selalu memposting tulisan-tulisan yang menunjukkan perlawanan kepada kebijakan pemerintah.

”Itu ada satu orang tiap hari memposting tulisan yang isisnya itu vaksinasi konspirasi lah, Covid-19 tidak ada, pemerintah ini anti-Islam, komunis, dan lain-lain. Perkara orang baca atau tidak itu tidak urusan lain,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini