MATA INDONESIA, JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko cukup keras menanggapi tudingan bahwa dirinya adalah salah satu dalang dalam pengambilalihan paksa atau kudeta Partai Demokrat dari kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menurut Moeldoko, AHY harusnya menjadi pemimpin yang kuat, dan tidak mudah terombang-ambing dalam isu yang tidak jelas kebenarannya.
“Berikutnya saran saya, jadi seorang pemimpin harus jadi pemimpin yang kuat jangan mudah baper dan terombang ambing,” kata Moeldoko dalam siaran telekonference, Senin 1 Februari 2021.
“Kalau anak buahnya enggak boleh ke mana-mana ya diborgol saja, kalau ada kudeta itu dari dalam bukan dari luar ya begitu saja,” ujar Moeldoko menambahkan.
Selain itu, Moeldoko menegaskan, kasus tudingan kudeta Demokrat ini jangan dikaitkan dengan Istana, apalagi Presiden Joko Widodo.
“Jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, enggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini. Jadi itu urusan saya Moeldoko, ini bukan selaku KSP,” kata Moeldoko.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengendus adanya gerakan perebutan paksa Partai Demokrat yang dilakukan sejumlah pihak salah satunya dari lingkungan pemerintahan Presiden Jokowi.
“Gabungan dari pelaku gerakan ini ada 5 orang terdiri dari 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, satu mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu, sedangkan yang non kader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan yang sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasinya kepada Presiden Joko Widodo,” ujar AHY.
Kemudian, situasi bertambah kisruh setelah Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief yang mengatakan Moeldoko melakukan perbuatan tersebut atas nama Presiden Joko Widodo.
