MATA INDONESIA, WASHINGTON – Sebanyak 10 warga sipil Afghanistan, termasuk di antaranya tujuh anak-anak meninggal dunia dalam seranan pesawat tak berawak di Kota Kabul pada Agustus lalu.
Meski demikian, tidak ada satu pun pasukan atau pejabat Amerika Serikat (AS) yang dinyatakan bersalah dan menghadapi tindakan disipliner atas serangan salah sasaran tersebut.
Juru bicara Pentagon, John Kirby mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS, Llyod Austin telah menerima tinjauan tingkat tinggi dari serangan yang tidak membuat rekomendasi pertanggungjawaban.
“Dia menyetujui rekomendasi mereka. Sekretaris tidak … menyerukan langkah-langkah akuntabilitas tambahan,” kata John Kirby, melansir France 24, Selasa, 14 Desember 2021.
“Tidak ada kasus yang cukup kuat untuk dibuat pertanggungjawaban pribadi,” sambungnya.
Sebagaimana diketahui, serangan pesawat tak berawak 29 Agustus terjadi menjelang hari-hari terakhir evakuasi pasukan Paman Sam di Kabul setelah Taliban menguasai negara itu pada 15 Agustus.
Para pejabat AS mengatakan mereka memiliki informasi intelijen tentang kemungkinan serangan ISIS terhadap operasi evakuasi di bandara Kabul. Pasukan AS pun meluncurkan rudal dari pesawat tak berawak ke target yang dianggap mobil sarat dengan amunisi.
Bahkan, mereka menyerang sebuah keluarga yang termasuk seorang pria Afghanistan yang bekerja untuk kelompok bantuan AS dan tujuh anak.
Pada awal November, sebuah laporan awal yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal Angkatan Udara AS, Letnan Jenderal Sami Said, menyebut bahwa serangan itu tragis tetapi kesalahan yang jujur.
Tinjauan oleh Kepala Komando Pusat Jenderal Kenneth McKenzie Jr. dan Kepala Komando Operasi Khusus Jenderal Richard Clarke memanfaatkan laporan Said dan rekomendasi terperinci tentang prosedur untuk serangan pesawat tak berawak di masa depan. Tapi itu tidak meminta siapa pun untuk dihukum karena kesalahan itu.
“Apa yang kami lihat di sini adalah gangguan dalam proses, dalam pelaksanaan dan peristiwa prosedural, bukan akibat kelalaian, bukan akibat kesalahan, bukan akibat kepemimpinan yang buruk,” tutur Kirby.
“Jika Austin percaya … bahwa akuntabilitas dijamin, dia pasti akan mendukung upaya semacam itu,” tambah Kirby.
Serangan pesawat tanpa awak kala itu menewaskan Zemari Ahmadi, seorang karyawan Nutrition and Education International yang berbasis di AS, dan sembilan anggota keluarganya.
Bulan lalu, pendiri dan presiden NEI Steve Kwon menyebut penyelidikan Pentagon atas insiden tersebut sangat mengecewakan dan tidak memadai.
Pentagon berjanji untuk membayar kompensasi dan juga untuk membantu merelokasi anggota keluarga di luar negeri dan warga Afghanistan yang bekerja untuk NEI. Akan tetapi, hal itu tetap terjebak dalam menentukan siapa yang memenuhi syarat, menurut para pejabat.