MATA INDONESIA, JAKARTA-Kabar sedih datang dari ritel modern Giant yang akhirnya tutup serempak pada akhir Juli 2021. Diperkirakan bakal ada masalah baru dimana karyawan yang sebelumnya bekerja bakal kena PHK.
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan dapat informasi dari Serikat Pekerja Hero Group dan Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia bahwa akan ada terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) atas 3.000 pekerja. Oleh karena itu ia meminta pimpinan perusahaan merundingkan permasalahan tersebut dengan serikat pekerja.
“Ada informasi, penyebab dari tutupnya 80 gerai Giant di seluruh Indonesia adalah akibat ditariknya saham yang berasal dari investor Hong Kong dari Hero Group,” kata Said.
Lebih jauh, KSPI juga meminta Hero Group tetap mempekerjakan karyawan Giant di unit perusahaan lainnya, seperti Hero Supermaket, Guardian, dan IKEA yang ada di seluruh Indonesia.
Jika ada karyawan Giant yang tidak bisa disalurkan ke unit perusahaan lain milik Hero Group, kata Iqbal, perusahaan wajib membayar hak-hak karyawan ditambah kompensasi lainnya sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah disepakati
Selain itu, KSPI meminta perusahaan memberikan waktu yang cukup kepada serikat pekerja dalam melakukan sosialisasi tentang rencana PHK tersebut. Perusahaan diminta tak tergesa-gesa dan memaksakan kehendak terhadap pekerja.
Sebelumnya diberitakan bahwa perusahaan retail PT Hero Supermarket Tbk. memutuskan untuk menutup seluruh gerai Giant per akhir Juli 2021. Presiden Direktur Hero Supermarket, Patrik Lindvall, mengatakan, keputusan menutup seluruh gerai Giant merupakan tindak lanjut dari perubahan fokus strategi bisnis perusahaan.
“Gerai Giant lainnya akan dengan berat hati ditutup pada akhir Juli 2021 walaupun negosiasi terkait potensi pengalihan kepemilikan sejumlah gerai Giant kepada pihak ketiga masih berlangsung,” kata Patrik.
Penutupan gerai Giant ini, kata Patrik, diputuskan setelah perseroan melakukan adaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah. “Termasuk menurunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia; sebuah tren yang juga terlihat di pasar global,” katanya.