MATA INDONESIA, JENEWA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa varian Omicron mungkin tidak separah varian Delta – yang pertama kali diidentifikasi di India. Namun, Omicron tetap berbahaya terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi.
Berbicara di acara webinar mengenai Covid-19, Tedros menyatakan bahwa jumlah kasus virus corona pada pekan lalu dilaporkan mencapai 15 juta. Namun, tingkat kematian tetap stabil dan dapat diturunkan dengan memberikan lebih banyak vaksin kepada orang-orang.
“Sementara jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit meningkat di sebagian besar negara, itu tidak pada tingkat yang terlihat pada gelombang sebelumnya. Sebagian besar orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia tidak divaksinasi,” kata Tedros.
Tedros mengakui bahwa sementara vaksin Covid-19 tetap sangat efektif untuk mencegah penyakit parah dan kematian, meski tidak sepenuhnya mencegah penularan.
Ia mengatakan bahwa jumlah kematian yang stabil mungkin karena berkurangnya keparahan Varian Omicron, serta kekebalan yang meluas dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Lonjakan besar dalam infeksi yang didorong oleh varian omicron dengan cepat menggantikan varian Delta di hampir semua negara, kata Tedros.
“Tapi mari kita perjelas: sementara omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus yang berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” tegas Tedros, melansir Anadolu Agency, Kamis, 13 Januari 2022.
“Hampir 50.000 kematian dalam sepekan adalah jumlah kematian terlalu banyak. Kita tidak boleh membiarkan virus ini naik bebas atau mengibarkan bendera putih, terutama ketika begitu banyak orang di seluruh dunia yang tidak divaksinasi,” sambungnya.