MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah mesin baru pendeteksi Covid-19 siap meluncur ke pasar alat kesehatan (alkes) di Indonesia.
Mesin ini buatan dalam negeri, hasil kerja sama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan mitra swastanya, PT Biomedis Medika Indonesia. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat izin edar bagi alkes yang menyandang merek dagang Qi-Lamp-O itu, dan berlaku sampai 2027.
Dalam siaran pers BRIN mesin mungil itu bekerja dengan metode reverse transcription loop mediated isothermal amplification (RT-LAMP), platform amplifikasi asam nukleat kemudian mendeteksi keberadaannya dengan sensor yang sangat sensitif. Sensor ini akan mendeteksi tingkat kekeruhan (turbiditas) larutan spesimen di akhir prosesnya.
Proses biokimia dalam tabung, yang melibatkan asam nukleat khas Covid-19 dan sejumlah reagen, akan menimbulkan tingkat kekeruhan tertentu. Sensor real-time turbidimeter pada Qi-Lamp-O itu yang memindai kekeruhan itu adalah inovasi BRIN. Sensor tersebut penting karena menentukan akurasinya, dan ia bisa menjadi pembeda satu mesin dengan yang lain.
Mesin pendeteksi Covid-19 dengan platform RT-Lamp banyak macamnya di pasar alkes. Di industri alkes, mesin ini tergolong mutakhir, canggih, dan mengalami pengembangan yang sangat pesat di masa pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir ini.
Dalam khazanah alkes pendeteksi Covid-19, mesin model RT-Lamp ini tergolong sebagai nucleic acid amplification test (NAAT). Mesin reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga termasuk dalam golongan NAAT.
Sejauh ini, RT-PCR (biasa disebut PCR saja) menorehkan presisi yang lebih tinggi dibanding mesin NAAT yang lain. Namun Dr Tjandrawati Mozef, ahli biokimia BRIN dan motor perancangan mesin itu, mengatakan bahwa Qi-Lamp-O ialah alternatif dari RT-PCR.
‘’Keunggulan RT-LAMP dari RT-PCR, adalah harganya lebih ringan. Harga kit-nya juga lebih murah. Lebih cepat hasilnya bisa ketahui dan akurasinya cukup tinggi,’’ ujarnya.
Dalam tempo 1 jam, Qi-Lamp-O bisa menunjukkan hasilnya.
Sebagai alat deteksi, menurut Tjandrawati, Qi-Lamp-O buatan BRIN ini sangat cermat. Dalam pengujian, spesimen yang mengandung koloni Covid-19 tak akan lolos dari endusannya. “Termasuk varian Delta dan Omicron bisa terdeteksi,’’ katanya.
Karena reputasinya itu, piranti berbasis RT-Lamp itu telah setara dengan RT-PCR di Belanda dan Spanyol, dan menjadi rujukan bagi para dokter. Tjandrawati belum memasang target Qi-Lamp-O itu menjadi alat diagnosis. Namun, katanya, untuk alat skrining, terkait tracing, testing, dan treatment (3T) alat itu sangat memadai.
Dunia medis mengakui, piranti berplatform RT-Lamp lebih bisa andal ketimbang test-kit antigen, tes serologis antibodi, atau e-nose (elektronik nose).
Bobot akurasi RT-Lamp lebih tinggi dari alat tes antigen. Metode RT-Lamp ini mendeteksi langsung material genetik (RNA) Covid-19. Sementara itu tes antigen hanya bisa menandai protein yang menempel di badan luar virus. Cara kerja tes antigen pun simpel, yakni mencampurkan reagen khusus pada spesimen swab.
Bila virus Covid-19 itu hadir, maka protein luarnya akan mengandeng reagen khusus dan membentuk gumpalan protein. Dengan efek pijaran fluoresensi yang cukup spesifik. Pijaran fluoresensi itu yang terpindai oleh biosensor dalam test-kit.
Kalangan medis menyebut akurasinya sekitar 80 persen saja. Ada pun, metode tes antibodi yang berbasis pada pemindaian serologis dan teknik e-nose menyodorkan akurasi yang lebih rendah lagi.
Mesin buatan BRIN ini menggunakan piranti fotometri untuk memindai turbiditas (kekeruhan) oleh endapan magnesium pirofosfat tersebut. Sistem fotometri ini berkembang oleh Dr Agus Sukarto dan Wismogroho dari Pusat Riset Fisika BRIN. Bila larutan keruh, berarti gen target hadir. Artinya spesimen mengandung virus Covid-19.
Untuk ke depannya, sistem fotometri Qi-Lamp-O ini dapat berkembang untuk mengukur secara kuantitatif dengan mengukur tingkat kekeruhannya. Semakin keruh berarti makin besar gen target yang ada dalam spesimen. Dengan begitu, ia bisa menjadi piranti diagnosis yang dapat menyajikan tingkat paparan virus dari spesimen swab pasien.
Sementara mengenai Omicron itu adalah varian terakhir. ‘’Varian-varian baru masih bisa bermunculan, sehingga memotivasi kami dari BRIN terus melakukan riset, berkontribusi dalam pengendalian pandemi, dan mendukung program 3T,” ujar dokter Tjandrawati Mozef.
Untuk meningkatkan kinerja piranti Qi-Lamp-O karyanya, Tjandra dan kawan-kawan bertekad terus melakukan inovasi. Mereka akan mencari target gen dengan asam ribonuklet yang baru sehingga bisa mendeteksi Covid-19 dalam versi yang paling anyar. Ledakan pandemi biasanya terjadi karena keterlambatan dalam deteksi dini.