MATA INDONESIA, JAKARTA – Penggalangan menjadi salah satu solusi efektif untuk merangkul dan meredakan perlawanan dari kelompok separatis dan teroris (KST) Papua. Upaya ini dinilai bisa menuai reaksi positif dari masyarakat Papua. Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengemukakan bahwa penggalangan sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan operasi.
“Penggalangan untuk merangkul oposisi dan operasi territorial untuk meraih hati rakyat perlu dilakukan sebelum operasi dan senjata,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Sabtu 11 Desember 2021.
Sebelumnya, dua orang prajurit TNI yang bergabung dalam satgas territorial yang ditugaskan di Koramil Suru-suru, Kodim 1715/Yahukimo, Papua ditembak kelompok separatis dan teroris (KST) Papua. Satu dari dua prajurit yang tertembak meninggal.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Ignatius Yogo Triyono membenarkan informasi tentang meninggalnya satu anggota TNI. Yogo juga menegaskan bahwa korban belum bisa dipindahkan karena terkendala cuaca untuk proses evakuasi. Sementara insiden penembakan ini terjadi sekitar pukul 13.45 WIT saat kedua prajurit yang berasal yang berasal dari Kodam Iskandar Muda, Banda Aceh itu, sedang mengambil air di penampungan yang berjarak sekitar 15 meter.
Saat mengambil air yang berada di belakang pos, keduanya ditembak dari perbuktian yang ada di sekitarnya hingga menyebabkan Sersan Dua (serda) Putra Rahaldi tertembak di bagian dada dan meninggal. Sedangkan rekannya, Prajurit Kepala Suheri, terkena di bagian bokong.
“Mereka ditembak saat mengambil air yang jarak antara tempat penampungan air dengan pos dekat,” kata Yogo.
Kata dia, anggota sempat mengejar kelompok bersenjata itu, tapi kelompok penembak sudah kabur ke dalam hutan.
“Sebetulnya jumlah personel sudah cukup banyak setelah dilakukan penambahan dari pasukan temput hinga seluruhnya berjumlah 65 personel,” kata Yogo.