MATA INDONESIA, JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) M Lutfi meluruskan pernyataan Presiden Joko Widodo soal benci produk asing dan predatory pricing.
Mendag berkata, sebenarnya Presiden Jokowi ingin melindungi pasar Indonesia dari serangan produk asing secara berlebihan, dan bahayanya predatory pricing.
Predatory pricing adalah salah satu bentuk strategi yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam menjual produk dengan harga yang sangat rendah, yang tujuan utamanya untuk menyingkirkan pelaku usaha pesaing dari pasar dan juga mencegah pelaku usaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk ke dalam pasar yang sama.
Lutfi menyebut, pasar domestik Indonesia sebenarnya merupakan idaman banyak negara untuk melakukan penetrasi.
“Kita sepertinya lupa bahwa market ini adalah yang harusnya kita urus, mestinya kita sayang, mestinya menjadi subjek utama yang kita jaga,” kata Mendag Lutfi, Jumat 5 Maret 2021.
Lebih lanjut, Mendag Lutfi kemudian menekankan sisi permintaan (demand side) dari pasar Indonesia yang mempunyai efek pengganda (multiplier effect) dalam fungsinya menggerakkan roda ekonomi nasional.
Ekonomi nasional disebutnya bersandar 59 persen dari sektor konsumsi. Hal tersebut yang menurutnya perlu dijaga agar bisa menciptakan market yang kuat untuk produksi dalam negeri.
“Bukan berarti kita tidak mau impor, tetapi kita menjaga supaya produksi dalam negeri bisa kita jalankan. Penyerapan tenaga kerja bisa kita selenggarakan dengan baik, menciptakan kesejahteraan, dan multiplier effect yang akan kita dapatkan di kemudian hari,” ujar dia.
Lutfi menegaskan, pemerintah akan sekuat tenaga melindungi pasar dalam negeri dari praktik predatory pricing.
“Itu kita mesti jaga. Ini adalah hal-hal penting yang harus segera kita kerjakan. Kita tidak bisa mengerjakan hal ini dengan tiba-tiba, dengan sporadik, kata hati, tidak bisa,” kata Lutfi.