MINEWS, JAKARTA – Kota Pompeii adalah kota Romawi Kuno yang sekarang berada di dekat kota Naples, Italia. Kota ini lenyap begitu saja setelah Gunung Vesuvius meledak pada tahun 79 Masehi.
Ledakan Vesuvius meluncurkan fragmen batuan vulkanik atau disebut juga dengan tephra, batu-batu meleleh, batu apung, dan debu panas. Semua itu dimuntahkan oleh Vesuvius dengan jumlah 1,5 juta ton per detik dan diperhitungkan memiliki energi termal yang 100.000 kali lipat lebih kuat dari ledakan bom Hiroshima-Nagasaki.
Cerita kehancuran Pompeii ini disaksikan dan ditulis oleh salah satu penduduk Pompeii yang selamat, Pliny si Muda. Pliny menulis hal yang dia saksikan 25 tahun setelah kejadian tersebut. Dari tulisan Pliny tersebut, para ahli sejarah pun menyimpulkan bahwa kejadian hancurnya kota Pompeii terjadi pada 24 Agustus 79.
Terbenamnya kota kuno Pompeii di bawah kota modern Naples kini, selalu jadi objek rasa penasaran manusia. Rumor dan spekulasi berembus seiring riset yang terus dilakukan sejak 1748 ketika Pompeii digali dari kedalaman perut bumi.
Bencana yang menimpa Pompeii diartikan dalam beragam makna. Pompeii memiliki citra negatif dalam sejarah manusia. Layaknya cara pikir bahwa bencana selalu merupakan kutukan atas perilaku manusia yang penuh noda dosa, Pompeii pun punya label buruk, kota yang dikutuk karena perzinaan.
Bagi orang Romawi di masa itu, Pompeii memang ‘surga’. Jika kini kita mengenal Las Vegas yang kerap disebut sebagian orang sebagai kota para pendosa, Kerajaan Romawi Kuno sudah lebih dulu punya Pompeii, surga dunia.
Di Pompeii, industri hiburan dan seks berdenyut kencang. Kisah-kisah sensual yang aduhai seronoknya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Fakta, legenda, dan mitos bercampur baur.
Namun, kini Pompeii menjelma jadi situs sejarah bernilai tinggi bagi peneliti Romawi. Bahkan kini dijadikan sebagai salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.