MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemulihan ekonomi kini menjadi pekerjaan rumah negara-negara di dunia. Untuk memacu pertumbuhan, negara-negara di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau harus menggenjot investasi. Penyelenggaraan G20 di Indonesia menjadi media yang tepat untuk menarik investor masuk dan menggarap peluang investasi di Indonesia.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyadari peluang besar di depan mata itu. Namun, Bahlil yang juga mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), tentu tidak ingin investasi yang masuk ke Indonesia itu hanya investasi jangka pendek.
Bahlil berharap, investor yang masuk adalah investor yang berbobot, berkelanjutan, dan berkualitas. Untuk itu, pemerintah menerapkan strategi kolaborasi investasi asing dan lokal, termasuk UMKM.
”Investasi berdekatan pada green energy dan ramah lingkungan, substansinya adalah hilirisasi,” ujarnya ketika menjadi pembicara kunci di acara Road to G20: Investment Forum 2022 “Mendorong Percepatan Investasi Berkelaniutan dan Inklusif”, di Solo, Rabu 18 Mei 2022.
Bahlil pun menyajikan data minat investasi ke Indonesia terus meningkat. Dari tahun ke tahun. Bahkan, komposisi investasi antara Pulau Jawa dan luar Jawa sudah mulai berimbang. Karena pembangunan infrastruktur sejak 2019. Dalam kesempatan tersebut, dia juga mengatakan, Presidensi G20 Indonesia 2022 merupakan momentum terbaik dalam rangka membangun konsepsi global. Untuk pembangunan ekonomi di Indonesia dan negara G20.
Bahlil mengakui, Indonesia dan negara dunia mengalami dua persoalan besar. Yakni pengendalian Covid-19 dan pemulihan ekonomi pasca-Covid-19. “Indonesia sudah berada di jalur tepat untuk mengatasi dua hal tersebut,” ujarnya.
Hal ini terbukti dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2022. Yakni 5,1% dan penanganan Covid-19 di Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia. “Ini dari hasil kemampuan leadership dari masing-masing negara. Dan Presiden Jokowi telah membuktikan kemampuan leadership-nya dalam menghadapi pandemi Covid-19,” ujar Bahlil.
Sebagai gambaran, pada 2019 investasi Indonesia terus mengalami kenaikan. Dari semula target investasi sebesar Rp795 triliun dan realisasinya mencapai Rp 800 triliun lebih. Demikian pula pada 2020, pemerintah menetapkan target Rp 825 triliun dan realisasi Rp 827 triliun.
Di 2021 target Rp900 triliun lebih dan pada 2022 ini target Rp 1.200 triliun. “Bahkan, yang menggembirakan. Dari target sebesar itu investasi yang sudah terealisasikan mencapai 23 persen. Atau Rp 280 triliun lebih pada kuartal I-2022,” ujar Bahlil.
Selain itu, investasi antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa juga sudah mulai berimbang. “Sejak Indonesia merdeka sampai kuartal II-2020, investasi selalu lebih banyak di Pulau Jawa. Tapi sejak kuartal III-2020 sampai 2022, investasi di luar Pulau Jawa mulai melampaui Pulau Jawa. Ini terjadi karena Presiden Jokowi memerintahkan kami untuk membangun investasi Indonesiasentris. Tidak bisa hanya satu pulau tertentu,” kata Bahlil.
Sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya juga mengalami kenaikan sejak 2019 sampai 2021. Bahkan di 2021, sektor ini menduduki peringkat pertama dengan realisasi investasi sebesar Rp117,6 triliun. “Artinya, peta industri Indonesia sudah berada pada jalur yang benar. Yakni membangun industri hilirisasi di Indonesia,” katanya
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan mineral dan aneka tambang kebutuhan dunia, contohnya nikel.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dunia dengan kapasitas produksi 21 juta ton per tahun. Indonesia, juga memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Berasal dari energi surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan gelombang laut. “Untuk membangun ekosistem serta fasilitas investasi energi seperti pembangunan smelter dan EBT memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga investasi punya peran yang sangat krusial,” tutur Arsjad.