MATA INDONESIA, ROMA – Giorgia Meloni, pemimpin Fratelli, bisa menjadi perdana menteri wanita pertama dalam sejarah Italia dalam gelombang sayap kanan pada pemilihan Minggu, 25 September 2022.
Perhatian Eropa saat ini tertuju pada Roma, saat ini potensi bergabung dengan ketakutan bahwa Meloni akan memulihkan ideologi yang tidak terlihat di Italia sejak Perang Dunia II.
Meloni memasuki dunia politik pada usia 15 tahun pada tahun 1992. Ia bergabung dengan Gerakan Sosial neo-fasis, sebuah kelompok yang sangat bersimpati kepada Benito Mussolini, diktator Italia pada tahun 1925 hingga 1945.
Citra partai Fratelli d’Italia membangkitkan masa lalu fasis Italia. Tetapi Meloni telah menolak asosiasi tersebut, membingkai koalisi konservatif yang diusulkan sebagai proyek nasionalis yang akan memulihkan kekuasaan Brussels.
Pemerintahan Meloni akan mewakili perubahan besar dari pemerintahan teknokrat yang dipegang bersama oleh mantan kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi. Partai Meloni adalah satu-satunya lawan koalisi Draghi, yang jatuh pada Juli setelah mempertahankan garis keras pada konsensus masalah Uni Eropa. Termasuk juga mengirim senjata ke Ukraina dan memberikan sanksi kepada Rusia.
Para pengamat mengatakan garis pertempuran UE sepertinya sedang berada dalam proses penyelarasan kembali. Italia sebagai salah satu pendiri blok dan ekonomi terbesar lebih nyaman beraliansi dengan Hongaria dan Polandia dibandingkan ke Jerman dan Prancis.
Berbagai jajak pendapat menempatkan Giorgia Meloni sebagai finisher konservatif terkemuka yang akan berjaya pada pemilihan kali ini. Analisis menilai lonjakan Meloni melewati banyak politisi terkemuka lainnya akibat sikapnya yang anti-Putin dan pro-NATO.
Jika lebih agresif terhadap Brussel daripada pendahulunya, Meloni tidak mengusulkan perceraian dengan EU atau keluar dari Euro. Padahal keputusan tersebut adalah keputusan yang telah mendapatkan 70 persen dukungan dari orang Italia. Dia telah meredam nada permusuhan masa lalunya terhadap hak-hak LGBT dan hak aborsi.