MATA INDONESIA, JAKARTA – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membantah tegas jika fenomena matahari yangt sedang lockdown akan menimbulkan berbagai macam bencana bagi bumi.
Dijelaskan peneliti Lapan Rhorom Priayikanto, fenomena ini tak bakal berpotensi bahaya tinggi bagi bumi. Ia menyebut, matahari lockdown itu hanyalah fase minumum matahari yang terjadi periodik 11 tahunan sekali.
“Bisa dikatakan minim sekali dan tidak sampai menghasilkan pemanasan global atau sampai pendinginan global,” ujarnya, Selasa 19 Mei 2020.
Selain itu, adanya klaim penelitian yang menyebut lockdown matahari ini memicu aktivitas vulkanik ekstrem, seperti gunung meletus, juga dibantah oleh Rhorom. Ia menegaskan, matahari saat ini dalam kondisi tenang.
Namun, ia tak menyangkal bahwa matahari pernah mengalami kondisi yang ekstrem atau luar biasa tenang. Itu pernah terjadi pada peristiwa Maunder Minimum di awal abad ke-17 dan Dalton Minimum di awal abad ke-18. Pada saat itu, selama beberapa siklus sekitar 30 tahun matahari cenderung lebih tenang dibandingkan rata-rata.
Efeknya ke bumi, temperatur global menurun 1 sampai 2 derajat Celcius. Pada peristiwa Dalton Minimum pada 1815, kondisi saat itu diperparah dengan kejadian letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia, yang berdampak pada pendinginan global.
Sebelumnya, para ilmuwan NASA mengkhawatirkan fenomena matahari lockdown bisa memicu kembali terjadinya Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830. Saat itu, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen dan timbulnya kelaparan.