MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Setelah selama beberapa pekan pengunjuk rasa anti-kudeta melakukan protes di setiap sudut kota di Myanmar. Kini giliran massa pendukung militer Myanmar melakukan hal serupa.
Beberapa massa pendukung militer Myanmar bahkan terlihat membawa senjata tajam, seperti pisau dan pentungan, sebagian lain membawa ketapel. Massa pendukung militer menyerang para pengunjuk rasa anti-kudeta dengan senjata yang mereka bawa ketika terlibat bentrok di kota Yangon.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menahan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partainya setelah militer mengeluhkan adanya penipuan pada pemilihan November 2020.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh massa anti-kudeta telah berlangsung selama tiga pekan. Angka pemogokan, baik di sektor usaha maupun departemen pemerintah terus bertambah. Mahasiswa bahkan berencana untuk menggelar aksi serupa di pusat bisnis di kota Yangon.
Akan tetapi, sekitar 1,000 pendukung militer muncul di Yangon tengah. Beberapa dari mereka mengancam fotografer media. Bentrokan antara dua massa meningkat menjadi kekerasan yang lebih serius di beberapa pusat kota.
Beberapa pendukung militer tertangkap kamera dengan membawa pentungan dan pisau di tangan mereka. Beberapa massa terlihat meleparkan batu dan menembakkan ketapel, kata saksi mata dan beberapa pengunjuk rasa lain yang mengaku dipukuli oleh sekelompok pria.
Dalam rekaman video menunjukkan beberapa pendukung militer, salah satunya memegang pisau menyerang seorang pria di luar hotel di pusat kota. Petugas darurat membantu pria tersebut ketika terbaring di trotoar. Tak ada kabar lebih lanjut mengenai kondisi korban.
“Peristiwa hari ini menunjukkan siapa teroris itu. Mereka takut dengan tindakan rakyat untuk demokrasi. Kami akan melanjutkan protes damai kami melawan kediktatoran,” kata seorang aktivis, Thin Zar Shun Lei Yi.
Kekerasan akan menambah kekhawatiran karena sebagian besar dilumpuhkan oleh protes dan kampanye pembangkangan sipil yang menyerang militer. Sejauh ini, demonstrasi yang dilakukan oleh massa anti-kudeta telah menelan tiga korban.
Sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa hingga Rabu, setidaknya 728 orang telah ditangkap, dituntut, atau dijatuhi hukuman sehubungan dengan protes pro-demokrasi.