MATA INDONESIA, KIEV – Usai menyerang pemukiman warga sipil, Rusia kini dilaporkan menembaki sebuah masjid di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina Selatan. Kabarnya, masjid tersebut menjadi tempat mengungsi untuk lebih dari 80 warga Ukraina, termasuk di antaranya anak-anak.
Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan dalam akun Twitter bahwa warga Turki termasuk di antara mereka yang mencari perlindungan di masjid ketika dibombardir oleh tentara Rusia.
“Masjid Sultan Suleiman the Magnificent dan istrinya Roxolana (Hurrem Sultan) di Mariupol ditembaki oleh penjajah Rusia,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Ukraina.
“Lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak bersembunyi di sana dari penembakan, termasuk warga Turki,” sambung pernyataan tersebut, melansir Al Jazeera, Minggu, 13 Maret 2022.
Namun, tidak disebutkan apakah ada korban tewas atau terluka. Sementara itu, Moskow membantah menargetkan wilayah sipil dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus di Ukraina.
Pemerintah Ukraina menuduh Rusia menolak mengizinkan warga sipil keluar dari Mariupol, di mana blokade telah menyebabkan ratusan ribu warga terperangkap. Rusia balik menyalahkan Ukraina atas kegagalan mengevakuasi warganya.
Mariupol – kota pelabuhanyang terletak di Ukraina selatan, telah dikepung dan dibombardir selama lebih dari dua pekan oleh pasukan Rusia.
“Warga sipil berusaha mati-matian untuk melarikan diri, mereka tanpa air atau pemanas, dan kehabisan makanan,” kata seorang eksekutif teratas Doctors Without Borders Medecins Sans Frontieres atau MSF.
“Mariupol yang terkepung sekarang menjadi bencana kemanusiaan terburuk di planet ini. Sebanyak 1.582 warga sipil tewas dalam 12 hari,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba dalam akun Twitter.
Warga Ukraina mengklaim bahwa militer Rusia telah menggempur rute evakuasi dan mencegah orang pergi. Namun, koridor kemanusiaan kabarnya akan kembali dibuka kembali di sekitar Kiev.
“Saya sangat berharap hari ini akan berjalan dengan baik bahwa rute yang direncanakan akan dibuka dan bahwa Rusia akan memenuhi kewajibannya mengenai ketaatan terhadap gencatan senjata,” ucap Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk.