MATA INDONESIA, JAKARTA – Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengapresiasi wacana pembangunan jaringan listrik Supergrid Nusantara. Dengan interkoneksi jaringan listrik se- Nusantara itu ada peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT).
Pengagas Supergrid Nusantara adalah Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB) Pekik Argo Dahono (alm). Ia awalnya ingin mengembangkan potensi EBT di Indonesia.
“Gagasan beliau menghubungkan jaringan listrik dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Karena beliau melihat bahwa potensi EBT kita tidak merata dan jauh dari demand. Salah satu syarat mengembangkan EBT adalah dengan transmisi. Jadi interkoneksi transmisi sangat perlu. Meskipun beliau telah berpulang, idenya akan kita kembangkan,” kata Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu.
Saat ini Ditjen Ketenagalistrikan akan melakukan kajian untuk menentukan prioritas. “Kami sedang melakukan kajian. Kami tahu di utara Kalimantan ada potensi PLTA yang sangat besar seperti PLTA Kayan. Akan kami hubungkan ke Sulawesi yang membutuhkan daya besar untuk pengembangan smelter. Kemungkinan kajian mengarah ke sana dulu, antara Kalimantan dan Sulawesi, Sumatra, dan Jawa. Seterusnya mungkin paralel kajiannya dari Bali ke Lombok. Dan sebelah timur karena potensi NTT untuk PLTS sangat besar,” kata Jisman.
Pemerintah telah memiliki rencana interkoneksi tenaga listrik sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Sepuluh tahun ke depan menurut Jasman, pemerintah akan membangun hingga 47.723 kms secara nasional. “Ini untuk mengevakuasi pembangkit-pembangkit yang akan kita bangun sebesar 40,6 GW sesuai RUPTL 2021-2030 dan mengirimkannya ke pusat-pusat beban kita,” tuturnya.
Proyek yang sudah masuk RUPTL adalah 150 kV Interkoneksi Sumatra-Bangka pada 2022, 500 kV Interkoneksi Sumatra-Malaysia pada 2030 untuk mendukung kerangka kerja sama ASEAN Power Grid, 150 kV Interkoneksi Kalimantan pada 2023, 150 kV Interkoneksi Sulawesi Bagian Utara (Sulbagut)-Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) atau Tambu-Bangkir yang direncanakan beroperasi pada 2024.
Di samping itu, pemeritah juga masih mengkaji lebih jauh untuk sejumlah proyek interkoneksi. Yaitu
- Interkoneksi Sumatra-Singapura (termasuk interkoneksi Sumatra-Bintan) yang mendukung kerangka kerja sama ASEAN Power Grid.
- Jaringan 500 kV Interkoneksi Sumatra-Jawa
- 150 kV interkoneksi Bali-Lombok untuk mendukung rencana interkoneksi Jawa-Nusa Tenggara
- Jaringan 150 kV Interkoneksi Bangka-Belitung sebagai bagian untuk mendukung rencana Interkoneksi Sumatra-Kalimantan
- Interkoneksi Belitung-Kalimantan
- 150 kV Interkoneksi Baubau-Sulawesi bagian Selatan yang memerlukan kajian lebih lanjut untuk mendukung keandalan Bau-Bau.
“Kami sedang melakukan identifikasi dan studi serta mendorong supaya interkoneksi di dalam pulau sendiri cepat selesai. Selesaikan dulu di dalam pulau, nanti bertahap untuk sambungkan atau interkoneksi antarpulau,” kata Jisman.
Supergrid adalah konsep mentransmisikan listrik jarak jauh menggunakan tegangan tinggi arus searah. Pembangunan power plant di daerah potensial dan mentransmisikannya ke daerah yang membutuhkan.
Gagasan supergrid ini sudah ada di lebih 41 negara untuk jaringan antarpulau atau jaringan kabel bawah tanah. Di Asia Tenggara, Thailand (Khong Ngae)–Malaysia (Gurun) dengan kapasitas daya 300 MW. Yang terpanjang adalah di Tiongkok dengan transmisi sepanjang 2070 km. Dan dengan kapasitas daya 6,400 MW dari kota Shanghai-Xiangjiaba. Juga Yulong-Tongli (Tiongkok) 2059 km dengan daya 7,200 MW.