MINEWS, JAKARTA – Penguatan rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan akan berlanjut pada perdagangan Rabu, 6 November 2019. Laju rupiah di level 13.000an diperkirakan masih akan tetap terjaga.
Sebagai perbandingan, kemarin rupiah ditutup di level Rp13.968 per dolar AS atau menguat 0,34 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim meramalkan pergerakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 13.950 hingga Rp 14.010 per dolar AS.
Ia mengatakan penguatan rupiah masih akan dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar maupun dari dalam negeri. Antara lain sebagai berikut.
Pertama, soal damai dagang antara AS dan Tiongkok. Dalam beberapa hari terakhir, Beijing dan Washington telah memberikan tanda-tanda kemajuan yang menggembirakan dalam pembicaraan perdagangan.
“Pihak Beijing mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang dikenakan pada bulan September sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan “fase satu” yang diharapkan akan ditandatangani akhir bulan ini di lokasi yang belum ditentukan. Selain itu, ada indikasi pelonggaran bagi grup telekomunikasi China Huawei oleh AS,†katanya kemarin sore.
Kedua, para investor juga tengah menanti laporan non-manufaktur ISM AS yang akan dirilis Selasa ini, yang diperkirakan akan menunjukkan aktivitas sedikit meningkat pada bulan Oktober.
Ketiga, Bank sentral Australia (RBA) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada rekor rendah 0,75 persen pada Selasa ini.
Sementara dari dalam negeri pergerakan mata uang garuda dibayangi oleh, data BPS tentang pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 yang sebesar 5,02 persen.
Angka ini sesuai dengan ekspektasi para analis sebesar 5,02 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi secara kuartalan masih tumbuh 3,06 persen. Secara kumulatif masih tumbuh 5,04 persen.
“Hal ini berkat pemerintah yang terus memberikan informasi yang positif tentang perekonomian dalam negeri serta BI yang terus melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengimbangi dampak dari krisis global membuahkan hasil yang maksimal dimana PDB terus tumbuh dan sesuai dengan harapan pasar,†katanya.
Disamping itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh sikap pelaku pasar yang mengapresiasi fakta soal perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5 persen.
“Pasalnya, sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, ada kekhawatiran yang besar bahwa perekonomian Indonesia tak akan mampu tumbuh mencapai 5%. Alasannya kondisi perekonomian global masih sangat diliputi dengan ketidakpastian di mana perang dagang masih berlangsung, masalah Brexit dan tensi geopolitik di beberapa kawasan,†ujar Ibrahim.