MATA INDONESIA, JAKARTA-Sebuah universitas di Korea Selatan (Korsel) membuat terobosan yakni memanjakan para pemakai toilet disana. Bagi mereka yang menggunakan toilet mendapatkan secangkir kopi atau sebuah pisang.
Kompensasi itu bagi mereka yang telah menyumbang limbah kotoran manusia yang diolah menjadi bahan bakar. Temuan itu berdasarkan riset dari tim Ulsan National Institute of Science and Technology (UNIST).
Seorang profesor teknik lingkungan dan perkotaan di UNIST, Cho Jae-weon berhasil merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung dengan laboratorium yang mengubah limbah manusia menjadi biogas dan pupuk.
Toilet bernama BeeVi dari kata “bee” dan “vision” menggunakan pompa vakum untuk mengalirkan tinja ke tangki bawah tanah sehingga mengurangi pemakaian air. Di sana, mikroorganisme mengurai limbah itu menjadi gas metana yang menjadi sumber energi bagi kompor atau pemanas air.
“Jika kita berpikir secara tak biasa, tinja punya nilai berharga untuk membuat energi dan pupuk. Saya telah memanfaatkan nilai itu ke dalam sirkulasi ekologis,” kata Cho.
Ia mengatakan rata-rata orang membuang sekitar 500 gram tinja sehari, yang bisa diubah menjadi 50 liter gas metana, kata Cho. Gas sebanyak itu dapat menghasilkan 0,5 kW listrik.
Setiap orang yang memakai toilet BeeVi mendapat 10 Ggool per hari. Dengan mata uang digital itu, mahasiswa bisa membeli kopi seduh, mie instan, buah, atau buku di kantin kampus dengan memindai kode QR untuk membayar dengan Ggool.
“Dulu saya berpikir tinja itu kotor, tapi sekarang saya menganggapnya sebagai harta yang berharga,” kata Heo Hui-jin, mahasiwa pascasarjana.