MATA INDONESIA, ALMATY – Kerusuhan yang terjadi di Kazakhstan membuat Presiden Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan militer dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi yang dipimpin Rusia.
Sebanyak 2,500 pasukan penjaga perdamaian telah tiba di Almaty sejak Kamis (6/1) untuk menjaga objek-objek strategis di negara itu, sementara polisi dan militer Kazakhstan memulihkan ketertiban di kota-kota yang dilanda kerusuhan.
Para pejabat di negara tersebut bersikeras bahwa pasukan dari aliansi itu, yang mencakup beberapa negara bekas republik Soviet, yakni Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan, tidak akan memerangi para demonstran.
Namun, tidak segera jelas apakah pasukan asing yang dikerahkan sejauh ini terlibat dalam menekan kerusuhan.
Dalam pidato yang disiarkan televisi kepada bangsa, Presiden Kassym-Jomart Tokayev menggunakan retorika yang keras, merujuk pada mereka yang terlibat dalam kekacauan sebagai “teroris,” “bandit”, dan “militan”.
Presiden Tokayev juga mengulangi tuduhannya bahwa “aktor asing” bersama dengan “media independen” membantu memicu gejolak di Kazakhstan. Akan tetapi, sang presiden tidak memberikan bukti untuk klaimnya tersebut.
Sebagai catatan, retorika seperti ini sering digunakan oleh negara-negara bekas Soviet, terutama Rusia dan Belarus, yang berusaha untuk menekan demonstrasi massa anti-pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Meski memilih untuk, Presiden Cina, Xi Jinping memuji sikap tegas Presiden Tokayev karena mengambil tindakan tepat pada saat-saat kritis dan dengan cepat memenangkan situasi.
“Sebagai tetangga persaudaraan dan mitra strategis jangka panjang, Cina bersedia memberikan dukungan yang diperlukan sesuai kemampuannya kepada Kazakhstan untuk membantunya melewati masa sulit ini,” kata Xi, melansir npr.org, Sabtu, 8 Januari 2022.
Terlepas dari kekayaan sumber daya Kazakhstan yang sangat besar, ketidakpuasan atas kondisi kehidupan yang buruk masih kuat di beberapa bagian negara itu. Banyak warga kecewa dengan dominasi partai yang berkuasa, yang memegang lebih dari 80 persen kursi di parlemen.
Kazakhstan adalah komponen penting dalam hubungan darat “Sabuk dan Jalan” Cina ke Eropa. Dan kerusuhan yang terus-menerus di negara itu dapat menjungkirbalikkan harapan Beijing untuk hubungan perdagangan dan politik yang lebih dekat dengan benua itu.
Kazakhstan, yang mencakup wilayah seukuran Eropa Barat, berbatasan dengan Rusia dan Cina, berada di atas cadangan minyak, gas alam, uranium, dan logam mulia yang sangat besar yang menjadikannya penting secara strategis dan ekonomis. Namun, krisis yang tengah melanda memicu kekhawatiran di banyak tempat.