MATA INDONESIA, JAKARTA – Prancis membalas serius kecaman dan sikap keras yang ditunjukkan Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan. Sebagaimana diketahui, dua kepala negara ini saling serang dalam sepekan belakangan.
Presiden Erdogan sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Macron membutuhkan perawatan mental. Statement ini dilontarkan Erdogan berkaitan dengan sikap Pemimpin Prancis itu terhadap Muslim dan Islam.
Awal bulan ini, Macron berjanji memerangi “separatisme Islam” yang ia sebut mengancam. Berawal dari kematian seorang guru sejarah di Prancis yang diketahui mengajar dengan menggunakan kartun Nabi Muhammad SAW sebagai materi kebebasan berekspresi di kelas.
Bukan hanya itu, Macron juga menggambarkan Islam sebagai agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Sontak hal ini membuat Erdogan murka dan melancarkan berbagai serangan balasan.
Kini giliran Prancis menyerang, melalui majalah satire Charlie Hebdo yang menerbitkan edisi terbaru dengan cover depan menampilkan kartun Presiden Turki, Erdogan yang tengah duduk dengan kaos dan celana dalam putih, memegang minuman kaleng bersama dengan seorang wanita mengenakan jilbab. Jelas hal ini kian menyulut kobaran api amarah Turki terhadap Prancis.
Pejabat tinggi Turki pun mengutuk perilaku buruk majalah yang terbit mingguan itu dengan menyebutnya sebagai “upaya yang menjijikkan” untuk “menyebarkan rasisme budaya dan kebencian”.
“Kami mengutuk keras publikasi tentang Presiden kami di majalah Prancis yang tidak menghormati kepercayaan, kesucian, dan nilai apapun. Mereka hanya menunjukkan amoralitas mereka sendiri. Serangan terhadap hak pribadi bukan humor dan kebebasan berekspresi,” kata Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin di akun Twitter-nya, melansir Reuters, Rabu, 28, Oktober 2020.