MATA INDONESIA, JAKARTA – Terjadinya lonjakan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau BOR Covid-19 di Jakarta dipicu trauma orang kaya terhadap Varian Delta.
Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dr. Koesmedi Priharto membenarkan hal tersebut.
Menurutnya, pada umumnya pasien Covid-19 yang dirawat sekarang dalam tanpa gejala dan bergejala ringan.
“Kemarin pada bulan Juni dan Juli itu merupakan trauma yang berat buat masyarakat kita. Banyak orang yang akhirnya melakukan isolasi mandiri di rumah gagal melakukan itu, banyak faktor yang menyebabkan itu,” kata Koesmedi pada sebuah diskusi virtual yang dikutip Sabtu 29 Januari 2022.
Hal tersebut mendorong mereka tetap memilih dirawat di rumah sakit setelah dinyatakan positif Covid-19. Mereka tidak mau kesulitan mendapat ruang perawatan seperti tahun lalu.
Menurut Koesmedi, meski dijelaskan biaya perawatan mereka tidak ditanggung negara, para orang kaya itu tetap memilih dirawat di rumah sakit.
Saat ini, Koesmedi menjelaskan, pemerintah hanya menanggung biaya perawatan rumah sakit bagi mereka yang bergejala sedang sampai dengan berat.
Koesmedi juga membenarkan sebagian besar pasien Covid-19 di rumah sakit pada umumnya bergejala ringan atau tanpa gejala sama sekali.
Beruntung proses penyembuhan Covid-19 varian Omicron umumnya lebih cepat dari Delta sehingga antrean panjang di rumah sakit seperti Juni-Juli 2021 tidak terjadi.
Hal serupa juga disinyalir epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono bahwa lonjakan BOR rumah sakit akibat lonjakan kecemasan terhadap Omicron.
Hal itu membuat orang-orang kaya, rela antri ke layanan tes Covid-19 dan jika hasilnya positif meski ringan dan tanpa gejal rela membayar untuk dirawat di rumah sakit.
Kecemasan tampaknya menghinggapi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria Sabtu 29 Januari 2022 karena BOR di ibukota meningkat sangat signifikan dalam satu hari dari 45 persen kemarin menjadi 54 persen Sabtu ini.