MATA INDONESIA, JAKARTA-Semua sektor terdampak dengan adanya PPKM Darurat, salah satunya ini bisnis asuransi properti mengingat banyaknya mall dan hotel yang saat ini mulai sepi pengunjung.
Hanya saja, beberapa perusahaan asuransi umum melihat masih ada peluang asuransi properti tetap tumbuh.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) HSM Widodo mengatakan bahwa bisnis properti mulai menurun akibat aturan PPKM Darurat sejak awal Juli lalu.
Ia bilang hal tersebut merujuk pada penurunan signifikan dari jumlah orang yang bekerja yang puncaknya terjadi di minggu terakhir bulan juli.
“Sehingga bisnis properti yang mayoritas adalah mall atau hotel pasti akan terdampak secara cashflow,” ujar Widodo.
Menurut Widodo, ada dua kemungkinan yang terjadi ketika situasi tersebut terjadi yaitu pembatalan polis asuransi properti yang bisa saja meningkat. Lalu, bisa juga ada gangguan dalam cashflow pembayaran premi asuransi.
Sekadar informasi, asuransi properti merupakan kontributor terbesar dalam premi asuransi umum yang mencapai 28,8% pada periode kuartal pertama 2021 dengan nilai mencapai Rp 20,7 triliun atau tumbuh 1,5% yoy.
Direktur Eksekutif AAUI, Dody AS Dalimunthe mengatakan sejatinya kekhawatiran terhadap penurunan lini bisnis asuransi properti bisa ditahan dengan menciptakan produk-produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan mencakup fitur tambahan selain produk asuransi kebakaran standar.
“Bisa dipertimbangkan membuat produk household insurance yang memberikan jaminan komprehensif untuk rumah tinggal,” katanya.
Dari sisi pemain, Lippo Insurance mengungkapkan, hingga Juli kemarin masih ada pertumbuhan untuk lini bisnis asuransi propertinya.
Presiden Direktur Lippo Insurance Agus Benjamin mengatakan pertumbuhannya bisa mencapai 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Agus tak menampik PPKM Darurat juga berpengaruh pada kinerja lini bisnis asuransi properti yaitu adanya survey on site yang sedikit terkendala dan beberapa pembatalan yang dialami. Namun, menurutnya pembatalan polis tersebut tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan portofolio yang baru.
“Portfolio yang cancel tertutup dengan portfolio baru yang jauh lebih besar. Tahun ini kami targetkan mencapai Rp 650 miliar di properti,” ujar Agus.