Lieus Ngakunya Nggak Pernah Ketemu Eggi Sudjana Selama Di Rutan

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Selama dua pekan ditahan di rutan Polda Metro Jaya, aktivis sosial tersangka makar Lieus Sungkharisma mengaku tak pernah melihat atau bertemu Eggi Sudjana, meski sel tahanannya bersebelahan.

“Dia sel nomor tiga, saya nomor dua. Susah ketemu, karena pintunya ukuran semata, kalau saya panggil suaranya ke depan, nggak ke situ,” kata Lieus saat keluar dari tahanan di Mapolda Metro Jaya, Senin 3 Juni 2019.

Tak hanya soal kondisi sel yang tidak memungkinkan keduanya berkomunikasi, Lieus mengaku ia memiliki waktu berkegiatan yang berbeda dari Eggi, terutama saat buka puasa, ia tak bisa bergabung karena tak menjalankan ibadah tersebut.

Kini Lieus sudah keluar, namun ia tetap berencana akan segera membesuk Eggi Sudjana dalam waktu dekat untuk memberikan semangat.

Kuasa hukum Lieus Sungkharisma, Hendarsam, mengatakan pihaknya telah mengajukan permohonan penangguhan penahanan terhadap kliennya. Anggota Komisi 3 DPR RI dari Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menjadi penjamin terkait permohonan tersebut.

Alasan penangguhan penahanan itu terkait masalah kemanusiaan dan perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah. “Karena apabila Lebaran ini dilewatkan, tentu enggak bisa diulang lagi. Beda kalau tahun depan diulang, tetap ada hari berharga yang hilang,” ujar Hendarsam.

Sebelumnya, Lieus Sungkharisma ditangkap penyidik Polda Metro Jaya atas dugaan penyebaran berita bohong dan makar, Senin 20 Mei 2019 pagi. Di hari yang sama, Lieus pun ditahan oleh pihak penyidik.

Lieus dilaporkan oleh seorang wiraswasta bernama Eman Soleman dengan nomor LP/B/0441/V/2019/BARESKRIM tanggal 7 Mei 2019 atas dugaan makar dan penyebaran berita bohong. Dalam laporan polisi itu, Lieus disangkakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 KUHP Pasal 14 dan/atau Pasal 15, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 107 jo Pasal 110 jo Pasal 87 dan/atau Pasal 163 jo Pasal 107.

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini