Lama Absen, Pebulutangkis Indonesia Bertekad Tampil Maksimal

Baca Juga

MATA INDONESIA, BANGKOK – Pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia absen bertanding selama 10 bulan karena pandemi Covid-19. Kini, mereka bertekad tampil maksimal di turnamen perdana di 2021.

Pebulutangkis Indonesia akan tampil di Turnamen Yonex Thailand Open 2021, 12-17 Januari. Turnamen ini adalah satu dari tiga ajang yang bakal berlangsung simultan di Ibu kota Negeri Gajah Putih itu. Kejuaraan pembuka tahun 2021 ini berkategori BWF Super 1000.

Sepekan selanjutnya dengan level yang sama berlangsung turnamen Toyota Thailand Open (19-24 Januari). Selain itu, bagi delapan pemain atau pasangan terbaik akan melanjutkan bertarung di Final BWF World Tour 2020 (27-31 Januari).

Pebulutangkis Tanah Air sudah 10 bulan absen berlaga. Terakhir kali mereka tampil di All England 2020 di bulan Maret.

Para pemain seperti Jonatan Christie dan Ribka Sugiarto pun menyebut ingin menampilkan performa terbaiknya. Apalagi sudah lama tidak berkompetisi.

“Karena ini pertandingan resmi lagi setelah sembilan bulan tidak tanding, pastinya yang pertama harus tampil berani dan percaya dirinya juga harus ditingkatkan,” kata Jonatan, yang turun di tunggal putra.

Sedangkan Ribka menyebut, persoalan adaptasi di tengah lapangan dengan adanya hembusan angin harus segera diatasi.

“Insya Allah lancar, cuma mungkin masih adaptasi dengan hembusan anginnya saja,” ungkap Ribka, yang main di ganda putri.

Sayang, dari hasil undian di ganda putra, dua pasangan Indonesia harus bertemu di babak awal. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan bersua juniornya Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Setali tiga uang, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana ditantang kompatriotnya, Daniel Marthin/Leo Rollycarnando.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini