MATA INDONESIA, NEW DELHI – Seorang jurnalis asal Kashmir, Quratulain Rehbar, melihat fakta bahwa fotonya muncul di sebuah aplikasi online yang ‘menjual’ perempuan. Tentu saja, fotonya telah dicuri seseorang yang tak bertanggung jawab.
Rehbar hanyalah satu dari ratusan perempuan muslim yang menjadi korban setelah fotonya direkayasa menjadi sebuah foto yang layak untuk muncul di situs cabul tersebut.
Selain itu, foto aktris terkemuka Shabana Azmi, istri seorang hakim Pengadilan Tinggi Delhi, beberapa jurnalis, aktivis dan politisi juga muncul di aplikasi bernama Bulli Bai. Bahkan Fatima Nafees, ibu dari siswa yang hilang Najeeb Ahmed, dan peraih Nobel Pakistan Malala Yousafzai tidak luput dari sasaran aplikasi mesum tersebut.
Setelah aplikasi Sulli Deals yang menghebohkan pada Juli lalu, di mana hampir 80 perempuan Muslim disiapkan untuk dijual, Bulli Bai adalah upaya serupa dalam waktu kurang dari setahun. Baik Bulli maupun Sulli adalah kata-kata menghina yang digunakan untuk perempuan Muslim dalam bahasa gaul lokal.
Rehbar, yang sebelumnya melaporkan lelang Sulli Deals pada Juli tahun lalu, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia terkejut melihat fotonya terpampang di aplikasi tersebut.
“Ketika saya melihat foto saya, tenggorokan saya terasa berat, lengan saya merinding dan saya mati rasa. Itu mengejutkan dan memalukan,” kata Rehbar, melansir Al Jazeera, Senin, 3 Januari 2021.
Meskipun tidak ada penjualan nyata, aplikasi online yang dibuat di situs pengembangan perangkat lunak terbuka milik Microsoft GitHub itu menurut Rehbar, dimaksudkan untuk merendahkan dan mempermalukan perempuan Muslim yang vokal.
Akhir pekan lalu, lusinan perempuan Muslim lainnya mulai memposting keterkejutan dan kemarahan mereka di media sosial setelah melihat foto dan detail mereka muncul di aplikasi mesum tersebut.
Di antara mereka adalah Ismat Ara, seorang jurnalis di ibu kota, New Delhi. Ara mengajukan pengaduan pada akhir pekan lalu, terhadap orang tak dikenal karena melecehkan dan menghina perempuan Muslim di media sosial dengan menggunakan gambar yang dipalsukan dalam konteks cabul.
Rehbar mengatakan bahwa aplikasi tersebut sangat mengkhawatirkan bagi perempuan Muslim yang mencoba memerangi patriarki dan pembatasan di satu sisi, dan menghadapi pelecehan semacam itu di sisi lain.
“Seringkali perempuan diminta untuk menghapus foto mereka dari media sosial dan bersembunyi. Setelah upaya melecehkan perempuan Muslim seperti itu, akan sulit bagi banyak perempuan untuk mengambil sikap,” sambung Rehbar.
Rana Ayyub, kolumnis The Washington Post yang berbasis di Mumbai, mengeluhkan bahwa pelaku pelecehan terhadap perempuan Muslim tidak pernah teridentifikasi hukum.
“Bulli Bai membawa kejahatan rasial di India ke tingkat berbahaya lain di mana perempuan Muslim hampir dilanggar dan dibuat bebas untuk semua untuk gerombolan fanatik. Lelang perempuan dari komunitas minoritas ini menunjukkan degradasi moral India dan nilai-nilai konstitusionalnya,” tuturnya.