MATA INDONESIA, QUITO – Bentrokan mengerikan terjadi di sebuah penjara di Ekuador. Aparat kepolisian mengungkapkan bahwa sebanyak 58 narapidana tewas dalam kerusuhan terbaru di penjara Guayaquil yang pada September menewaskan 119 tahanan.
“Hingga saat ini bentrokan antara narapidana yang dimulai pada Jumat (12/11) telah mengakibatkan sebanyak 58 tahanan tewas dan 12 lainnya mengalami luka-luka,” kata komandan polisi Jenderal Tannya Varela kepada wartawan, melansir France24.
“Sebuah intervensi oleh polisi untuk mencoba dan membangun kembali ketertiban menyelamatkan nyawa,” ucap Pablo Arosemena, Gubernur Provinsi Guayas – yang ibu kotanya adalah Guayaquil.
Hampir 300 tahanan tewas tahun ini dalam sistem penahanan kriminal Ekuador, di mana ribuan narapidana yang terkait dengan geng narkoba terlibat dalam bentrokan kekerasan yang sering berubah menjadi kerusuhan.
Kerusuhan September adalah salah satu pembantaian penjara terburuk dalam sejarah Amerika Latin, dan kekerasan mematikan terbaru di Guayaquil hanya menegaskan kembali bahwa sistem penjara di Ekuador sangat buruk.
Berbagai geng narkotika saingan telah melancarkan perseteruan berdarah di Penjara Guayas 1, sebuah fasilitas yang dirancang untuk 5.300 narapidana, tetapi menampung 8.500, yang notabene kelebihan kapasitas sebesar 60 persen.
Bahkan setelah tragedi 28 September yang menewaskan 119 narapidana, kerusuhan tetap terjadi, dengan sedikitnya 15 narapidana lainnya meninggal sebelum ledakan kekerasan yang mematikan pada Jumat.
Setidaknya dua pekan setelah tragedi September, Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari dalam upaya untuk menjinakkan gelombang kerusuhan terkait narkoba di Ekuador. Ia juga menunjuk seorang menteri pertahanan baru, sebagian untuk mengatasi krisis di penjara.
Kekerasan telah melonjak secara dramatis dalam beberapa bulan terakhir di Ekuador, yang ekonominya sedang sakit. Antara Januari dan Oktober tahun ini, negara itu mencatat hampir 1.900 kasus pembunuhan, dibandingkan dengan sekitar 1.400 di seluruh tahun 2020, menurut pemerintah.