MATA INDONESIA, YOGYAKARTA-Aktivitas warga Yogya saat ini sudah berjalan normal, diikuti dengan penggunaan kendaraan bermotor. Namun, DLH Kota Yogya mencatat kualitas udara di Kota Gudeg ini masih bagus.
Kepala DLH Kota Jogja, Sugeng Darmanto menerangkan bahwa peningkatan atau penurunan kualitas udara di Jogja dipicu oleh kendaraan bermotor.
“Jogja itu tidak ada pabrik ya, jadi memang faktor yang mempengaruhi kualitas udara adalah kendaraan bermotor. Kalau sejauh ini kualitas udara di Jogja masih hijau,” katanya.
Ia melanjutkan, DLH Jogja memiliki alat pemantauan serta penghitungan kadar senyawa yang terletak di depan kantor setempat. Kadar karbondioksida hingga timbel dapat tercatat real time dan ditampilkan dalam bentuk angka di layar besar.
Dari kadar senyawa yang tercatat itu, ditransfer dalam bentuk angka dan hasilnya masih dalam taraf aman dan berwarna hijau indikatornya.
Kadar udara di Jogja yang masih hijau itu, lanjut Sugeng dipengaruhi juga oleh cuaca. Dalam beberapa waktu terakhir hujan kerap terjadi di Kota Pelajar.
“Hujan itu menjadi faktor yang cukup mempengaruhi kualitas udara. Artinya karbonmonoksida atau polusi yang terbang ke udara itu terikat oleh air yang jatuh dari atas,” katanya.
Selain itu gerakan penanaman pohon dan tumbuhan yang selama Covid-19 dilakukan warga, ikut mempengaruhi kadar udara di Jogja.
“Hobi menanam saat Covid-19 itu kan cukup marak ya. Nah itu juga jadi faktor kualitas udara masih di level hijau. tapi memang hujan itu yang kuat pengaruhnya,” katanya.
Mempertahankan kualitas udara di level hijau ini, DLH Jogja akan memperbanyak ruang hijau terbuka. Lahan-lahan kosong milik pemerintah yang belum dimanfaatkan, rencananya akan disiapkan kegiatan menanam pohon oleh warga sekitar.