MINEWS, JAKARTA – Malang nian nasib RF, bocah berusia 16 tahun yang jadi korban tewas dalam kerusuhan 22 Mei 2019 di sekitar Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Mengetahui hal tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan kunjungan ke rumah duka untuk menggali informasi mengenai kronologis lengkap kenapa RF bisa tewas pada saat kerusuhan terjadi.
Diwakiliki dua komisionernya yakni Jasra Putra dan Sitti Hikmawatty, KPAI menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya RF. Menurut keluarga korban, RF bukan peserta aksi 22 Mei.
Saat rusuh terjadi, sekitar 02.30 WIB, RF disebut sedang bersama teman-temannya bersiap membangunkan warga untuk sahur di sekitar mushala di dekat rumahnya.
“Namun karena di luar jalan raya terdengar keramaian, RF dan teman-temannya bermaksud mencari tahu kegaduhan itu,” kata Jasra Putra, Jumat 24 Mei 2019.
Namun naas begitu akan keluar gang, RF di duga terkena peluru nyasar di pelipis mata sebelah kiri, yang membuat korban seketika roboh. Warga kemudian mengevakuasi RF dan beberapa temannya yang lain ke mushala.
Karena lukanya parah, RF dilarikan ke RS Angkatan Laut Mintoharjo. Setibanya di RS, ternyata nyawa RF tak tertolong, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
RF adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Orang tuanya berada di luar Jakarta. Selama ini RF tinggal berlibur di rumah pamannya karena keperluan untuk mengurus lanjutan sekolah. Saat ini RF murid kelas 3 SMP.
KPAI juga bertakziah ketempat almarhum Ananda MHR (20), korban lainnya dalam kerusuhan tersebut. Jasra menuturkan, bahwa orang tuanya terakhir bertemu MHR sekitar pukul 13.00 WIB dan meminta uang untuk membeli layangan.
Jasta menuturkan, berdasarkan pengakuan dari orang tua MHR, tidak ada kecurigaan apapun, karena MHR sudah biasa bermain. Namun firasat buruk sudah dirasakan ayahandanya, yang sejak siang terus menerus menanyakan keberadaan MHR.
“Sepulang kerja kemudian berinisiatif mencari putranya tersebut ke rumah teman-teman bermainnya, namun tidak menemukan berita tentang putra satu-satunya itu,” ujar Jasra.
Setelah lama mencari MHR tidak ditemukan, ayahnya menyampaikan melalui WAG, bahwa ia telah kehilangan anaknya. Orang tua MHR kemudian mendapatkan jawaban untuk mengidentifikasi seorang korban yang sedang berjuang dalam sakaratul maut dan ternyata itu adalah putranya.
Saat itu korban berada dalam ambulans menuju RS Darmais, namun karena sampai RS tersebut korban telah menghembuskan nafas terakhir, maka korban langsung di bawa ke RS Bhayangkari.