MINEWS, PALEMBANG– Komisi Perlindungan Anak Indonesia merespons tegas tragedi terbunuhnya siswa baru akibat penganiayaan saat mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Taruna Palembang, baru-baru ini.
Komisioner KPAI Retno Listyarti berkata, pemerintah harus segera mengevaluasi dan mengaudit secara menyeluruh semua SMA Taruna di Indonesia.
“Kami mendorong evaluasi total terutrama pada auit keuangan sekolah. Tak lepas juga proses belajar mengajar, serta sarana dan prasarana sekolah,” ujar Retno di Palembang, Rabu 17 Juli 2019.
Sebelumnya, siswa atas nama WJ meninggal dunia akibat dianaiay pembina MOS di SMA Taruna Palembang. Kabarnya, WJ mengalami kekerasan fisik yang parah, dengan kepalanya memar akibat dipukul pakai bambu dan bentuk penganiayaan lainnya.
Seperti diketahui, SMA Taruna kerap menjadi favorit sejumah orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya. Daya tarik sekolah ini adalah sistem pendidikannya yang mengadopsi gaya semi militer.
Dalam penelusuran Retno, ia berkata sudah mendatangi sekolah yang menerapkan sistem asrama bagi siswanya ini. Retno mendapati beberapa ruang kelas tanpa jendela yang mirip penjara, juga adanya tenaga militer yang diberdayakan, lalu diperburuk dengan tenaga pengajar yang tidak memadai.
Selain itu, kata Retno, biaya pendidikan juga dinilai cukup mahal karena siswa baru diwajibkan membayar uang pangkal sekitar Rp 22 juta dan biaya per semester sampai Rp 2,5 juta rupiah.
Atas alasan itu, Retno menekankan perlunya audit keuangan sekolah dan evaluasi pemberian izin mengingat izin sekolah akan habis pada Oktober tahun ini.