MATA INDONESIA, JAKARTA – Dari tahun ke tahun, kondisi hutan diperburuk oleh aksi penebangan liar yang kebanyakan dilakukan di negara maju. Alhasil, hutan dijadikan pelampiasan hanya karena rasa ingin menguasai.
Di negara maju yang melakukan penebangan liar hasilnya dipakai untuk pertanian atau peternakan. Food and Agriculture Organization menyatakan kondisi hutan telah lenyap selama 2 dekade dengan hilangnya hampir 100 juta hektar hutan.
Diketahui pada tahun 2000 lahan hutan berada di angka 31,9 persen. Sedangkan pada 2020, lahan hutan mengalami penurunan sebanyak 7 persen menjadi 31,2 persen. Penurunan tersebut hanya menyisakan lahan hutan sebanyak 4,1 miliar hektare. Kondisi hutan makin menurun.
Pada 2015, hutan menutupi daratan Asia Tenggara sebesar 49 persen, namun menurun ke 47,8 persen. Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,6 persen dari total awal 52,5 persen menjadi 50,9 persen. Sedangkan, Malaysia dari 59,2 persen menjadi 58,2 persen. Penurunan beda selisih 0,6 persen oleh Indonesia, yakni 1 persen.
Negara Brasil yang kaya akan lahan hutan mengalami keterpurukan. Kondisi hutan menurut catatan National Institute fo Space Research (INPE) Brasil, negara legenda sepak bola tersebut harus kehilangan lahan hutan sebanyak 300 ribu hektar pada 2020 akibat penggundulan hutan.
Disebut ada dua faktor, Brasil harus kehilangan lahan hutan. Pertama, kebijakan karantina saat pandemi membuat kurang diperhatikannya hutan oleh pemerintah. Kedua, masyarakat yang terdampak mengalami penurunan ekonomi sehingga kehidupan harus bergantung terhadap hutan dalam hal makanan atau pendapatan.
Reporter : Rama Kresna Pryawan